Pergantian Kepala Bapanas: Apa yang Berubah dan Apa yang Tetap Sama?

photo author
- Sabtu, 11 Oktober 2025 | 06:56 WIB
Ilustrasi peta Indonesia dengan simbol beras dan logistik, mewakili arah baru kebijakan pangan nasional. (Foto/ Istimewa.)
Ilustrasi peta Indonesia dengan simbol beras dan logistik, mewakili arah baru kebijakan pangan nasional. (Foto/ Istimewa.)
  • Perluasan lahan irigasi baru
  • Program “Satu Juta Petani Produktif”
  • Pemanfaatan pupuk organik modern

Namun, pengamat pertanian Prof. Hermanto Siregar mengingatkan:
“Produksi itu penting, tapi jangan lupa sisi distribusi. Karena krisis pangan sering kali bukan karena beras tidak ada, tapi karena tidak sampai ke meja makan.”

Isu Sensitif: Harga dan Distribusi

Salah satu ujian terbesar Amran Sulaiman sebagai Kepala Bapanas baru adalah menjaga stabilitas harga beras.
Data CNBC Indonesia menunjukkan, rata-rata harga beras medium pada Oktober 2025 mencapai Rp16.300/kg, naik 9% dari awal tahun.

Kenaikan ini menekan daya beli masyarakat menengah bawah, terutama di wilayah perkotaan.
Sementara di daerah produsen seperti Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan, harga gabah justru turun menandakan ketimpangan rantai nilai antara petani dan konsumen.

Pemerintah tengah menyiapkan kebijakan subsidi logistik pangan untuk menekan disparitas harga antarwilayah hingga 30% pada tahun 2026.

Baca Juga: Apakah Indonesia Aman dari Krisis Pangan? Ini Data Lengkap Setelah Arief Prasetyo Adi Dicopot

Dinamika Politik dan Persepsi Publik

Pergantian pejabat pangan di awal pemerintahan baru selalu mengundang persepsi politik.
Namun kali ini, nuansanya lebih kompleks: publik melihat sektor pangan sebagai simbol stabilitas pemerintahan.

Prabowo, dengan gaya kepemimpinan yang tegas, ingin menunjukkan bahwa isu pangan bukan sekadar ekonomi tapi isu kedaulatan nasional.
Dalam pidatonya di depan para kepala daerah, ia menegaskan:

“Kedaulatan pangan adalah harga diri bangsa. Kita tidak boleh bergantung pada negara lain untuk makan rakyat kita sendiri.”

Pernyataan itu menegaskan arah kebijakan yang lebih nasionalistik, namun tetap bergantung pada kemampuan produksi domestik yang efisien.

Kondisi Global dan Tekanan Eksternal

Pergantian kepemimpinan Bapanas juga terjadi di tengah situasi global yang tidak stabil.
El Niño memengaruhi produksi di Asia Tenggara, sementara beberapa negara eksportir seperti Thailand dan India membatasi ekspor beras.

Situasi ini menjadikan Indonesia harus memperkuat cadangan pangan strategis.
Kementerian Perdagangan memperkirakan kebutuhan impor tambahan hingga 300 ribu ton menjelang akhir 2025, jika produksi lokal menurun akibat cuaca ekstrem.

Namun, langkah ini harus dijalankan hati-hati agar tidak menimbulkan kesan ketergantungan yang berlebihan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Faizal khoirul imam

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Elegan di Tengah Isu: Citra Publik Raisa Tetap Kuat

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:28 WIB

Fenomena Netizen: Mengapa Publik Begitu Ingin Tahu?

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:21 WIB

Rahasia Kekuatan Hubungan Raisa dan Hamish Daud

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:09 WIB

Tekanan di Balik Popularitas: Kisah Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:58 WIB

Hapus Foto, Viral Seketika: Fenomena Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:42 WIB

Rumor Cerai: Raisa Menggugat Suami Setelah 8 Tahun

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:07 WIB

Terpopuler

X