Reshuffle, Suku Bunga, dan Politik Ekonomi Indonesia 2025

photo author
- Kamis, 18 September 2025 | 16:28 WIB
"Kebijakan ekonomi dan reshuffle kabinet di era Prabowo menjadi penentu stabilitas Indonesia 2025." (Foto/ X @prabowo)
"Kebijakan ekonomi dan reshuffle kabinet di era Prabowo menjadi penentu stabilitas Indonesia 2025." (Foto/ X @prabowo)

BOGORINSIDER.com – Tahun 2025 menjadi periode penuh dinamika bagi Indonesia. Di satu sisi, Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga untuk mendorong pertumbuhan.

Di sisi lain, Presiden Prabowo Subianto melakukan reshuffle kabinet guna menjaga stabilitas politik. Dua peristiwa ini menegaskan eratnya hubungan antara kebijakan ekonomi dan politik di Indonesia.

Kebijakan Ekonomi: Fokus pada Pertumbuhan

Pemangkasan suku bunga BI ke 4,75% adalah sinyal kuat bahwa pemerintah ingin menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Dengan inflasi terkendali dan target pertumbuhan 5,5%, kebijakan moneter longgar menjadi instrumen penting.

Sektor riil seperti UMKM, properti, dan konsumsi rumah tangga diharapkan bangkit. Investor juga menilai langkah ini sebagai komitmen menjaga daya tarik pasar domestik.

Baca Juga: Reshuffle Kabinet Prabowo 2025: Strategi Politik atau Respons Krisis?

Reshuffle Kabinet: Menjaga Stabilitas Politik

Keputusan Presiden Prabowo menunjuk Jenderal (Purn.) Djamari Chaniago sebagai Menkopolkamus dilakukan di tengah gejolak protes publik. Reshuffle ini dianggap sebagai strategi politik untuk memperkuat kendali pemerintahan dan memastikan keamanan nasional tetap terjaga.

Menurut pengamat politik, stabilitas politik adalah syarat utama agar kebijakan ekonomi bisa berjalan efektif. Tanpa ketenangan politik, kebijakan ekonomi sering kali kehilangan dampaknya di lapangan.

Ekonomi dan Politik: Dua Sisi yang Saling Menguatkan

  1. Ekonomi sebagai Basis Legitimasi
    Pertumbuhan ekonomi yang terjaga bisa meningkatkan kepercayaan publik terhadap pemerintah.
  2. Politik sebagai Penopang Ekonomi
    Stabilitas politik memberi kepastian bagi investor asing maupun domestik untuk menanam modal.
  3. Sinergi Kebijakan
    Jika kabinet solid, kebijakan fiskal dan moneter bisa lebih sinkron, memperkuat daya tahan ekonomi menghadapi tantangan global.

Risiko yang Dihadapi

  • Ketidakpastian Global: perlambatan Tiongkok dan ketegangan geopolitik bisa menekan ekonomi.
  • Tekanan Inflasi: jika harga pangan dan energi naik, efektivitas kebijakan suku bunga bisa terhambat.
  • Kritik Publik: reshuffle dianggap kosmetik jika tidak ada perubahan nyata dalam tata kelola.

Baca Juga: Efek Pemangkasan Suku Bunga BI: Investor Asing Optimis atau Waspada?

Suara Pengamat

Ekonom senior Chatib Basri menegaskan pentingnya stabilitas politik dalam mendukung kebijakan ekonomi. “Pertumbuhan tidak bisa berdiri sendiri, harus ada dukungan dari stabilitas politik dan sosial,” ujarnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Faizal khoirul imam

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Elegan di Tengah Isu: Citra Publik Raisa Tetap Kuat

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:28 WIB

Fenomena Netizen: Mengapa Publik Begitu Ingin Tahu?

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:21 WIB

Rahasia Kekuatan Hubungan Raisa dan Hamish Daud

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:09 WIB

Tekanan di Balik Popularitas: Kisah Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:58 WIB

Hapus Foto, Viral Seketika: Fenomena Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:42 WIB

Rumor Cerai: Raisa Menggugat Suami Setelah 8 Tahun

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:07 WIB

Terpopuler

X