BOGORINSIDER.com – Pergantian Arief Prasetyo Adi dari jabatan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) bukan hanya peristiwa politik, tapi juga momentum penting untuk mengukur ulang kondisi nyata ketahanan pangan Indonesia.
Apakah kebijakan dan sistem yang dibangunnya cukup kuat untuk menjaga pasokan pangan nasional pasca-transisi?
Data Terbaru: Stok dan Produksi Pangan 2025
Berdasarkan data Sistem Neraca Pangan Nasional (SINPANAS) yang terakhir diperbarui pada September 2025, Indonesia mencatat:
- Cadangan Beras Pemerintah (CBP): 865 ribu ton
- Stok beras total (Bulog + swasta + rumah tangga): 2,98 juta ton
- Kebutuhan konsumsi nasional per bulan: ±2,6 juta ton
- Produksi beras Januari–September 2025: 28,4 juta ton
- Impor beras sepanjang 2025: 1,05 juta ton
Artinya, stok nasional masih di atas ambang aman, tetapi tipis dibanding kebutuhan kuartal IV.
Menurut BPS, tingkat cadangan aman ideal untuk menghadapi cuaca ekstrem dan lonjakan permintaan adalah minimal 1,2 juta ton CBP.
Tren Inflasi Pangan
Kementerian Keuangan mencatat, inflasi bahan makanan pada September 2025 berada di 3,89% (yoy).
Komoditas penyumbang terbesar:
- Beras (+1,4%)
- Cabai merah (+0,8%)
- Daging ayam ras (+0,6%)
- Telur ayam (+0,3%)
Kenaikan ini dipengaruhi oleh cuaca El Niño moderat dan distribusi pasokan antarwilayah yang belum merata.
Ekonom dari INDEF, Eka Sari Lorena, menilai “inflasi pangan saat ini bukan akibat kekurangan produksi, tapi masalah logistik dan tata distribusi.”
Warisan Sistem Data Arief Prasetyo Adi
Salah satu tonggak yang ditinggalkan Arief adalah digitalisasi data pangan melalui SINPANAS (Sistem Neraca Pangan Nasional).
Sistem ini menjadi basis integrasi data antarinstansi Bulog, Kementan, BPS, dan pemerintah daerah.
Dengan platform ini, publik bisa melihat stok dan harga 12 komoditas utama secara real time, termasuk beras, jagung, kedelai, daging sapi, gula, minyak goreng, dan telur ayam.
Namun, setelah pergantian kepemimpinan, sejumlah pengamat menyoroti kekhawatiran bahwa pembaruan data bisa melambat.
“Kalau tidak dijaga, transparansi pangan bisa mundur lagi,” ujar Prof. Hermanto Siregar dari IPB.
Baca Juga: Pergantian Arief Prasetyo Adi: Isyarat Politik di Balik Kursi Bapanas
Distribusi: Masalah Klasik yang Belum Selesai
Artikel Terkait
Prabowo Subianto Reshuffle Kabinet, Sri Mulyani Digantikan
Pasar Panik, Rupiah & IHSG Tertekan Usai Reshuffle
Reshuffle Kabinet Prabowo 2025: Strategi Politik atau Respons Krisis?
Reshuffle, Suku Bunga, dan Politik Ekonomi Indonesia 2025
BI, Reshuffle, dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia