Apakah Indonesia Aman dari Krisis Pangan? Ini Data Lengkap Setelah Arief Prasetyo Adi Dicopot

photo author
- Sabtu, 11 Oktober 2025 | 06:36 WIB
Ilustrasi tampilan dashboard Sistem Neraca Pangan Nasional (SINPANAS) yang memuat data stok pangan 2025. (Foto/ Istimewa)
Ilustrasi tampilan dashboard Sistem Neraca Pangan Nasional (SINPANAS) yang memuat data stok pangan 2025. (Foto/ Istimewa)

BOGORINSIDER.com – Pergantian Arief Prasetyo Adi dari jabatan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) bukan hanya peristiwa politik, tapi juga momentum penting untuk mengukur ulang kondisi nyata ketahanan pangan Indonesia.
Apakah kebijakan dan sistem yang dibangunnya cukup kuat untuk menjaga pasokan pangan nasional pasca-transisi?

Data Terbaru: Stok dan Produksi Pangan 2025

Berdasarkan data Sistem Neraca Pangan Nasional (SINPANAS) yang terakhir diperbarui pada September 2025, Indonesia mencatat:

  • Cadangan Beras Pemerintah (CBP): 865 ribu ton
  • Stok beras total (Bulog + swasta + rumah tangga): 2,98 juta ton
  • Kebutuhan konsumsi nasional per bulan: ±2,6 juta ton
  • Produksi beras Januari–September 2025: 28,4 juta ton
  • Impor beras sepanjang 2025: 1,05 juta ton

Artinya, stok nasional masih di atas ambang aman, tetapi tipis dibanding kebutuhan kuartal IV.

Menurut BPS, tingkat cadangan aman ideal untuk menghadapi cuaca ekstrem dan lonjakan permintaan adalah minimal 1,2 juta ton CBP.

Tren Inflasi Pangan

Kementerian Keuangan mencatat, inflasi bahan makanan pada September 2025 berada di 3,89% (yoy).
Komoditas penyumbang terbesar:

  • Beras (+1,4%)
  • Cabai merah (+0,8%)
  • Daging ayam ras (+0,6%)
  • Telur ayam (+0,3%)

Kenaikan ini dipengaruhi oleh cuaca El Niño moderat dan distribusi pasokan antarwilayah yang belum merata.
Ekonom dari INDEF, Eka Sari Lorena, menilai “inflasi pangan saat ini bukan akibat kekurangan produksi, tapi masalah logistik dan tata distribusi.”

Warisan Sistem Data Arief Prasetyo Adi

Salah satu tonggak yang ditinggalkan Arief adalah digitalisasi data pangan melalui SINPANAS (Sistem Neraca Pangan Nasional).
Sistem ini menjadi basis integrasi data antarinstansi Bulog, Kementan, BPS, dan pemerintah daerah.

Dengan platform ini, publik bisa melihat stok dan harga 12 komoditas utama secara real time, termasuk beras, jagung, kedelai, daging sapi, gula, minyak goreng, dan telur ayam.

Namun, setelah pergantian kepemimpinan, sejumlah pengamat menyoroti kekhawatiran bahwa pembaruan data bisa melambat.
“Kalau tidak dijaga, transparansi pangan bisa mundur lagi,” ujar Prof. Hermanto Siregar dari IPB.

Baca Juga: Pergantian Arief Prasetyo Adi: Isyarat Politik di Balik Kursi Bapanas

Distribusi: Masalah Klasik yang Belum Selesai

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Faizal khoirul imam

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Elegan di Tengah Isu: Citra Publik Raisa Tetap Kuat

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:28 WIB

Fenomena Netizen: Mengapa Publik Begitu Ingin Tahu?

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:21 WIB

Rahasia Kekuatan Hubungan Raisa dan Hamish Daud

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:09 WIB

Tekanan di Balik Popularitas: Kisah Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:58 WIB

Hapus Foto, Viral Seketika: Fenomena Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:42 WIB

Rumor Cerai: Raisa Menggugat Suami Setelah 8 Tahun

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:07 WIB

Terpopuler

X