BOGORINSIDER.com – Dunia menaruh perhatian pada langkah Indonesia mengganti Arief Prasetyo Adi dari jabatan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas).
Media internasional seperti Reuters, Le Monde, dan Nikkei Asia menyoroti keputusan Presiden Prabowo Subianto ini, menilai bahwa pergantian pejabat pangan strategis di tengah gejolak harga global bisa berdampak terhadap stabilitas rantai pasok Asia Tenggara.
Namun di balik berita itu, muncul pertanyaan penting: bagaimana dunia memandang kebijakan pangan Indonesia setelah perubahan kepemimpinan?
Reaksi Media Internasional
Laporan Reuters (10/10/2025) menyebut, pergantian Kepala Bapanas menjadi bagian dari “restrukturisasi politik pangan” di pemerintahan baru.
Menurut laporan tersebut, Presiden Prabowo ingin menyatukan kebijakan pangan dan pertanian di bawah satu koordinasi yang lebih kuat.
Sementara Le Monde dari Prancis menulis artikel berjudul:
“Indonesia’s Food Agency Under New Leadership Amid Rising Price Concerns”
Media itu menilai, kebijakan pangan Indonesia berada di persimpangan antara dua pilihan: memperkuat kemandirian nasional atau tetap mengandalkan perdagangan global sebagai penyangga kebutuhan pokok.
Dari Asia Timur, Nikkei Asia menyoroti aspek kepercayaan internasional.
“Arief Prasetyo Adi dianggap figur teknokratis yang memahami rantai pasok global. Pergantiannya dapat memengaruhi persepsi investor di sektor pangan strategis,” tulis media tersebut.
Peran Arief di Mata Dunia
Sebelum diganti, Arief cukup aktif dalam diplomasi pangan.
Ia menghadiri forum ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry (AMAF) di Laos pada 2024 dan mempresentasikan Food Security Data Hub, yang kini diakui sebagai salah satu inovasi transparansi pangan terbaik di Asia Tenggara.
Arief juga menjalin kerja sama dengan FAO dan Korea Selatan melalui proyek Food Tech Partnership senilai USD 12 juta untuk riset pasokan pangan berkelanjutan.
Gelar Doktor Honoris Causa dari Kyungsung University menjadi simbol pengakuan atas kontribusinya terhadap kebijakan pangan berbasis teknologi.
Tak heran jika beberapa analis menilai pergantiannya bisa meninggalkan “kekosongan komunikasi” sementara di panggung global.
Baca Juga: Pergantian Kepala Bapanas: Apa yang Berubah dan Apa yang Tetap Sama?
Pandangan FAO dan Lembaga Global