Dalam siaran persnya, FAO Indonesia menyatakan optimisme terhadap keberlanjutan kerja sama dengan pemerintah baru.
“Pergantian pejabat adalah hal wajar. Fokus kami tetap pada mendukung program ketahanan pangan dan gizi Indonesia,” ujar perwakilan FAO, Rajesh Patel, di Jakarta (11/10/2025).
Namun lembaga riset pangan internasional IFPRI (International Food Policy Research Institute) memberikan catatan kritis.
Mereka menyoroti bahwa transisi kebijakan perlu diikuti dengan kejelasan arah strategis agar tidak terjadi policy vacuum.
Indonesia termasuk salah satu dari lima negara ASEAN dengan kontribusi besar terhadap stabilitas pangan regional.
Konteks Global: Krisis dan Ketergantungan Baru
Pergantian kepemimpinan Bapanas terjadi di tengah ketidakpastian global:
- Krisis logistik akibat perang di Laut Merah
- Pembatasan ekspor beras dari India dan Vietnam
- Dampak perubahan iklim terhadap panen di Asia Selatan
Akibatnya, harga beras internasional melonjak hingga USD 730/ton tertinggi sejak 2011.
Dalam situasi seperti ini, posisi Indonesia sangat strategis.
Sebagai importir sekaligus produsen besar, kebijakan pangan nasional punya dampak langsung terhadap stabilitas harga di kawasan.
“Ketika Indonesia menahan impor atau melakukan intervensi harga, efeknya bisa terasa di seluruh Asia Tenggara,” ujar analis Bloomberg Intelligence, Chen Mei Lin.
Diplomasi Pangan Era Prabowo
Presiden Prabowo tampaknya ingin memanfaatkan posisi ini dengan pendekatan yang lebih politis.
Dalam forum bilateral dengan Vietnam dan Thailand pada Oktober 2025, Prabowo menekankan pentingnya “kedaulatan pangan kawasan.”
Sementara Amran Sulaiman, yang kini memimpin Bapanas sekaligus Kementerian Pertanian, menegaskan rencana kerja sama baru antarnegara ASEAN untuk membentuk “ASEAN Food Buffer Alliance” semacam cadangan pangan regional.
Langkah ini disambut positif oleh Malaysia dan Filipina, dua negara yang juga menghadapi tekanan inflasi pangan.
Namun pengamat menilai, Indonesia perlu memastikan transparansi data dan koordinasi agar inisiatif ini tidak sekadar simbolis.
Baca Juga: Apakah Indonesia Aman dari Krisis Pangan? Ini Data Lengkap Setelah Arief Prasetyo Adi Dicopot
Investasi Asing dan Kepercayaan Pasar
Salah satu dampak paling nyata dari pergantian pejabat strategis adalah persepsi investor.
Laporan Financial Times (12/10/2025) mencatat bahwa beberapa investor logistik pangan asal Jepang dan Korea sempat menunda penandatanganan proyek investasi baru senilai USD 180 juta hingga struktur kepemimpinan Bapanas benar-benar stabil.
Meski demikian, juru bicara Kementerian Investasi menyebutkan bahwa sebagian besar kerja sama masih berjalan normal.
“Investor melihat arah kebijakan yang konsisten lebih penting daripada siapa pejabatnya,” ujar Deputi Bidang Investasi Pangan, Satrio Nugroho.
Pelajaran dari Negara Lain
Artikel Terkait
Prabowo Subianto Reshuffle Kabinet, Sri Mulyani Digantikan
Pasar Panik, Rupiah & IHSG Tertekan Usai Reshuffle
Reshuffle Kabinet Prabowo 2025: Strategi Politik atau Respons Krisis?
Reshuffle, Suku Bunga, dan Politik Ekonomi Indonesia 2025
BI, Reshuffle, dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia