Data SINPANAS menunjukkan bahwa perbedaan harga antarwilayah masih mencolok.
Pada September 2025, harga beras medium di Jakarta tercatat Rp 15.900/kg, sedangkan di NTT mencapai Rp 17.200/kg.
Penyebab utama: biaya distribusi logistik dan rantai pasok yang belum efisien.
Arief sempat mendorong program “Gerakan Pangan Terhubung”, yaitu sistem distribusi antarprovinsi berbasis data, tetapi baru 14 provinsi yang menerapkannya.
Kini di bawah kepemimpinan Amran Sulaiman, program itu disebut akan diintegrasikan ke dalam Gerakan Petani Produktif Nasional (GPPN), dengan pendekatan yang lebih menitikberatkan pada peningkatan produksi lokal.
Impor Pangan: Realitas Tak Terhindarkan
Meskipun kemandirian pangan menjadi slogan utama pemerintahan baru, data menunjukkan bahwa impor masih memainkan peran penting.
Sepanjang 2025, Indonesia mengimpor:
- Beras: 1,05 juta ton
- Gula mentah: 3,1 juta ton
- Kedelai: 1,8 juta ton
- Garam: 2,2 juta ton
Menariknya, volume impor beras turun 18% dibanding tahun 2024, tapi impor gula naik 12%.
Menurut analis perdagangan pangan Ahmad Zulkarnain, tren ini menunjukkan pergeseran kebijakan:
“Bukan lagi soal menekan impor total, tapi mengatur komoditas mana yang strategis untuk diproduksi dalam negeri.”
Kinerja Produksi: Beras Masih Dominan
Data Kementerian Pertanian mencatat total luas panen padi sepanjang 2025 mencapai 9,54 juta hektar, dengan produktivitas rata-rata 5,2 ton per hektar.
Artinya, total produksi beras nasional sekitar 49,6 juta ton gabah kering giling (GKG), atau setara 28,4 juta ton beras konsumsi.
Namun, produksi jagung dan kedelai justru stagnan.
Produksi jagung tahun ini hanya naik 1,3%, sedangkan kedelai turun 4%.
Faktor utama: cuaca kering dan konversi lahan.
Pemetaan Daerah Rentan Pangan
Dari hasil Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) 2025, Bapanas mengidentifikasi 42 kabupaten/kota masih dalam kategori “rawan pangan sedang hingga tinggi”.
Sebagian besar berada di NTT, Maluku, dan Papua.
Upaya intervensi masih berjalan melalui program “Lumbung Pangan Daerah”, namun distribusi bantuan terkadang terkendala cuaca ekstrem.
Amran Sulaiman menyatakan akan memperkuat kolaborasi dengan BNPB dan TNI untuk distribusi pangan di wilayah terisolasi.
Baca Juga: Arief Prasetyo Adi: Dari Dunia Korporasi ke Kursi Kepala Bapanas
Apakah Indonesia Aman dari Krisis Pangan?
Secara makro, Indonesia masih tergolong aman.
Indeks Ketahanan Pangan Global (GFSI) versi Economist Intelligence Unit menempatkan Indonesia di peringkat 61 dari 113 negara, naik 3 peringkat dibanding 2024.