Cita Rasa yang Tak Lekang, Deretan Kuliner Legendaris Puncak Bogor dari Era 80-an

photo author
- Kamis, 16 Oktober 2025 | 13:23 WIB
Warung sederhana di pinggir jalan Puncak, aroma sate dan sop buntut berpadu dengan kabut pagi — cita rasa yang bertahan puluhan tahun.
Warung sederhana di pinggir jalan Puncak, aroma sate dan sop buntut berpadu dengan kabut pagi — cita rasa yang bertahan puluhan tahun.

Menu andalannya seperti sop buntut, gurame cobek, dan nasi tutug oncom menjadi favorit lintas generasi.

Interiornya dari kayu, aroma masakan khas Sunda memenuhi udara, dan pelayannya masih menggunakan seragam tradisional. Tak heran, banyak keluarga datang ke sini hanya untuk “mengenang masa kecil di Puncak.”

5. Warung Nasi Alam Sunda – Cita Rasa yang Tak Pernah Gagal

Kalau kamu ingin pengalaman makan sederhana tapi autentik, Warung Nasi Alam Sunda yang berdiri sejak 1982 layak dikunjungi.

Di sini, kamu bisa menemukan lauk rumahan seperti ayam goreng bumbu kuning, ikan asin, sambal terasi, dan sayur asem segar.

Tempatnya mungkin tak semewah restoran modern, tapi suasananya membawa kita pada kenangan makan di rumah nenek di kampung — hangat, tulus, dan penuh cita rasa.

6. Café Gunung Mas – Aroma Teh dan Kabut

Bagi penikmat teh dan suasana damai, Café Gunung Mas yang berada di area kebun teh sudah buka sejak 1988.

Bangunannya sederhana dengan atap genteng dan jendela besar yang menghadap langsung ke hamparan kebun teh.
Sarapan teh panas dan pisang goreng di sini terasa lebih nikmat karena kamu menikmatinya bersama udara segar yang masih murni dari perkebunan.

Baca Juga: Jelajahi Rasa di Puncak Bogor, Destinasi Kuliner Keluarga yang Wajib Banget Dicoba

7. RM Kurnia – Masakan Khas Sunda dengan Jiwa Lama

Terakhir, ada RM Kurnia, berdiri sejak akhir 80-an. Restoran ini masih mempertahankan konsep lesehan bambu di tepi sawah kecil.

Menu favoritnya: pepes ikan, sayur asem, dan sambal cobek segar. Di sini, kamu bisa makan sambil mendengar suara air mengalir dan burung berkicau — pengalaman sederhana yang sering dicari wisatawan Jakarta untuk “recharge jiwa.”

Kenapa Kuliner Lawas di Puncak Tetap Dicari?

Mungkin karena rasa yang tak berpura-pura. Bumbu khas, cara masak tradisional, dan keramahan para pemilik warung menjadi kombinasi yang tak tergantikan oleh kafe modern mana pun.

Setiap suapan membawa nostalgia tentang perjalanan masa kecil, keluarga yang tertawa di meja kayu, dan rasa syukur sederhana di udara dingin Puncak.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rosa Nilasari

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Elegan di Tengah Isu: Citra Publik Raisa Tetap Kuat

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:28 WIB

Fenomena Netizen: Mengapa Publik Begitu Ingin Tahu?

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:21 WIB

Rahasia Kekuatan Hubungan Raisa dan Hamish Daud

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:09 WIB

Tekanan di Balik Popularitas: Kisah Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:58 WIB

Hapus Foto, Viral Seketika: Fenomena Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:42 WIB

Rumor Cerai: Raisa Menggugat Suami Setelah 8 Tahun

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:07 WIB

Terpopuler

X