Suara Mahasiswa Usai Tragedi Timothy Anugerah, Trauma, Solidaritas & Tuntutan

photo author
- Sabtu, 18 Oktober 2025 | 16:45 WIB
Suasana refleksi mahasiswa di kampus usai tragedi Timothy Anugerah — ruang untuk mendengar dan mencegah luka lain.
Suasana refleksi mahasiswa di kampus usai tragedi Timothy Anugerah — ruang untuk mendengar dan mencegah luka lain.

3. Praktik Kampus: Apa yang Terbukti Gagal dan Apa yang Perlu Diubah

Kasus ini membuka titik kritis bagi institusi – bukan sekadar menyalahkan individu. Beberapa praktik yang dianggap gagal antara lain:

  • Mekanisme pengaduan: Bila mahasiswa merasa diintimidasi, apakah ada jalur yang aman, rahasia, dan responsif? Dalam kasus ini banyak pihak merasa belum. 

  • Penegakan sanksi yang dirasa ringan: Ada laporan bahwa pelaku perundungan hanya dikenai pengurangan nilai satu semester atau nilai “D”.

  • Integrasi kesehatan mental: Kampus sering kali menonjolkan prestasi akademik lebih dulu, namun hal-hal seperti konseling mahasiswa, pelatihan manajemen stres, dan budaya mendukung sesama masih kurang.

  • Pendidikan empati dan digital-safety: Bullying tidak selalu fisik — bisa lewat chat, grup WhatsApp, media sosial. Kampus perlu memberi bekal kepada mahasiswa agar sadar dampak komunikasi daring.

4. Suara Mahasiswa: Dari Rasa Takut ke Tuntutan Aksi

Mahasiswa hari ini bukan hanya penonton. Dalam tragedi ini muncul suara-suara yang menuntut:

“Baru kali ini ke leaked chat … masih ada yang ngejek dia bahkan setelah meninggal.”

Kelompok mahasiswa aksi-online berkumpul, membuat petisi, menyebar tangkapan layar, dan mendorong kampus agar lebih transparan.

Namun di balik aksi itu juga muncul trauma kolektif “Apakah saya aman di kampus?” “Apakah ormawa yang seharusnya mendukung saya malah bisa menyudutkan?”

Pertanyaan-pertanyaan ini bukan sekadar emosional mereka menunjuk pada kebutuhan nyata: kampus yang menjadi tempat aman, bukan arena untuk takut dan pasrah.

Baca Juga: Bullying yang Tak Terlihat, Kronologi Lengkap Perjuangan Timothy Hingga Menyerah Lompat Lantai 2

Bogorinsider merekomendasikan beberapa langkah untuk mahasiswa, dosen, dan kampus bersama-sama:

  • Buat forum peer-support: mahasiswa bisa dilatih menjadi “penghubung” teman yang kesulitan, agar tidak merasa sendiri.

  • Kampus jalankan edukasi rutin: modul tentang bullying, komunikasi digital, empati, dan kesehatan mental masuk ke kurikulum atau program orientasi.

  • Bentuk tim respons cepat: ketika ada laporan bullying atau indikasi depresi, kampus punya tim yang bisa segera bertindak — bukan menunggu.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rosa Nilasari

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Elegan di Tengah Isu: Citra Publik Raisa Tetap Kuat

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:28 WIB

Fenomena Netizen: Mengapa Publik Begitu Ingin Tahu?

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:21 WIB

Rahasia Kekuatan Hubungan Raisa dan Hamish Daud

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:09 WIB

Tekanan di Balik Popularitas: Kisah Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:58 WIB

Hapus Foto, Viral Seketika: Fenomena Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:42 WIB

Rumor Cerai: Raisa Menggugat Suami Setelah 8 Tahun

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:07 WIB

Terpopuler

X