BOGORINSIDER.com --Pagi itu, di kampus Universitas Udayana (Unud), Denpasar, sesuatu terjadi yang tak pernah diharapkan seorang mahasiswa di semester ketujuh program studi Sosiologi, bernama Timothy Anugerah Saputra (22), ditemukan meninggal dunia.
Namun sebelum tragedi itu ada sebuah perjalanan hidup yang pantas dikenang dan perlu diwacana ulang, bukan sekadar sebagai berita duka, melainkan sebagai refleksi sosial kampus kita.
Awal Perjalanan: Mahasiswa yang “Biasa”
Timothy bukan berasal dari latar belakang “super unggul” yang sering dikutip dalam narasi mahasiswa teladan.
Baca Juga: Drama Trans7 Dihentikan Sementara, Sanksi KPI atas Tayangan Tentang Pesantren
Ia hanyalah mahasiswa yang tekun, aktif di lingkungan kampus, dikenal ramah dan gemar berbagi termasuk lewat konten edukasi sosial di media sosialnya.
Di kampus Unud, khususnya di FISIP Universitas Udayana (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), ia menjalani perkuliahan semester VII di Program Studi Sosiologi ketika peristiwa memilukan itu terjadi.
Mungkin bagi banyak orang, ia tampak “mahasiswa biasa” tapi seperti banyak kisah lain, dalam keseharian yang sederhana itulah terdapat potensi, harapan, dan akhirnya juga tantangan yang tak terduga.
Hari yang Tidak Ingin Terjadi
Pada Rabu, 15 Oktober 2025, sekitar pukul 09.00 WITA, Timothy ditemukan meninggal dunia setelah melompat dari lantai dua Gedung FISIP Unud.
Saat kabar tersebut tersebar, dunia kampus dan publik bereaksi tidak hanya duka, tetapi juga pertanyaan“Bagaimana bisa?” “Apa yang mendorongnya?”
Di situlah titik sorotan berubah perjalanan hidupnya yang sebelumnya tenang kini menjadi simbol bagi isu yang lebih besar.
Baca Juga: Drama Industri Penyiaran Terjadi Lagi, Trans7 Disanksi KPI karena ‘Seleb Expose’ hina Pesantren
Sorotan yang Datang: Dari Individu ke Sistem
Setelah kejadian itu, muncul informasi bahwa sebelum hari tragisnya, Timothy sempat menjadi korban dugaan perundungan (bullying) di lingkungan kampus.
Contoh yang viral adalah percakapan WhatsApp dalam grup mahasiswa yang mengejek korban dengan kalimat tak pantas setelah kejadian tersebut.
Sorotan pun meluas: bukan hanya pada nasib Timothy, tapi pada bagaimana kampus dan sistem sosial di dalamnya menangani (atau gagal menangani) isu seperti ini.
Kampus yang “besar”, “terhormat”, seperti Unud, juga tidak steril dari konflik sosial, tekanan mental, atau budaya yang bisa menggerus kondisi psikologis mahasiswa.
Artikel Terkait
Prabowo di Usia 74: Evaluasi Setahun Pemerintahan dan Arah Baru Indonesia
Ulang Tahun Prabowo ke-74 Jadi Trending, Media Sosial Penuh Ucapan Hangat
Tayangan Kontroversial Trans7, Ketika Xpose Uncensored Singgung Pesantren Lirboyo
Jejak Panjang Prabowo Subianto: Dari Kopassus ke Kursi Presiden
7 Nilai Kepemimpinan Prabowo yang Menginspirasi Generasi Muda Indonesia