Pelajaran Integritas dari Umar Wirahadikusumah di Tengah Kekuasaan

photo author
- Senin, 6 Oktober 2025 | 18:58 WIB
Umar Wirahadikusumah dikenal sebagai pemimpin jujur dan sederhana yang menolak hidup berlebihan. (Foto/ Wikipedia)
Umar Wirahadikusumah dikenal sebagai pemimpin jujur dan sederhana yang menolak hidup berlebihan. (Foto/ Wikipedia)

Dalam arsip kenegaraan, terdapat kisah menarik:
suatu kali seorang pengusaha datang membawa bingkisan sebagai ucapan terima kasih setelah proyeknya disetujui. Umar menolak dengan tenang dan berkata,

“Kalau ingin berterima kasih, kerjakan proyek itu dengan benar. Itu hadiah terbaik bagi negara.”

Sikap seperti ini membuat banyak orang kagum, sekaligus segan.
Ia mengajarkan bahwa integritas bukan hanya soal menolak amplop, tapi juga soal menolak godaan untuk merasa lebih tinggi dari rakyat.

Baca Juga: Karlinah Atmadja: Teladan Lembut di Balik Sosok Umar Wirahadikusumah

Ketegasan Tanpa Kekerasan

Umar dikenal tegas tapi tidak kasar.
Ia menegur bawahannya dengan nada lembut, tapi isi pesannya menancap kuat.

Suatu ketika, ia melihat laporan pemborosan anggaran dalam kegiatan kementerian.
Alih-alih marah besar, Umar hanya berkata,

“Kalau uang rakyat dihamburkan, bagaimana nanti kita mempertanggungjawabkan di hadapan Tuhan?”

Kalimat sederhana itu membuat seluruh staf terdiam dan keesokan harinya, anggaran itu dikembalikan.

Gaya kepemimpinannya ini menjadi contoh bahwa ketegasan tidak harus disertai amarah.
Ia memimpin dengan wibawa yang lahir dari ketulusan, bukan dari rasa takut yang ditanamkan kepada bawahan.

Nilai yang Relevan untuk Zaman Sekarang

Mungkin sebagian orang berpikir nilai-nilai seperti itu sudah usang.
Namun justru di tengah zaman modern yang serba instan ini, teladan Umar terasa makin relevan.

Ketika banyak pejabat sibuk membangun citra di media sosial, Umar menunjukkan bahwa reputasi sejati dibangun lewat konsistensi dan kerja nyata.
Ia tidak perlu berbicara panjang soal integritas cukup dengan hidup sederhana dan tidak korup, rakyat percaya.

Bagi ASN, pejabat publik, dan bahkan generasi muda, kisah Umar adalah pengingat bahwa moral dan akhlak tidak bisa digantikan oleh popularitas.
Ia membuktikan bahwa kesetiaan pada nilai sering kali lebih penting daripada kesetiaan pada kekuasaan.

Baca Juga: Perjalanan Umar Wirahadikusumah di Dunia Militer Indonesia

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Faizal khoirul imam

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Elegan di Tengah Isu: Citra Publik Raisa Tetap Kuat

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:28 WIB

Fenomena Netizen: Mengapa Publik Begitu Ingin Tahu?

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:21 WIB

Rahasia Kekuatan Hubungan Raisa dan Hamish Daud

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:09 WIB

Tekanan di Balik Popularitas: Kisah Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:58 WIB

Hapus Foto, Viral Seketika: Fenomena Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:42 WIB

Rumor Cerai: Raisa Menggugat Suami Setelah 8 Tahun

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:07 WIB

Terpopuler

X