BOGORINSIDER.com – Sebelum dikenal sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia ke-4, Umar Wirahadikusumah adalah seorang prajurit sejati.
Ia bukan sekadar tentara, melainkan simbol disiplin dan keteguhan moral yang membentuk wajah TNI di masa-masa penting sejarah bangsa.
Perjalanan militernya adalah kisah tentang kesetiaan, kesederhanaan, dan keberanian moral dari masa revolusi hingga menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), jabatan tertinggi dalam struktur militer darat Indonesia.
Awal Perjuangan: Dari Situraja ke Medan Tempur
Umar Wirahadikusumah lahir pada 10 Oktober 1924 di Situraja, Sumedang, Jawa Barat, di tengah suasana kolonial Hindia Belanda.
Sejak muda, ia menunjukkan kedisiplinan dan semangat juang tinggi nilai yang kelak menjadi ciri khasnya sepanjang hidup.
Setelah menempuh pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) dan Sekolah Menengah Pertama di Bandung, Umar bergabung dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pasca-Proklamasi 1945.
Dari sinilah perjalanan panjangnya dimulai.
Dalam masa-masa awal revolusi, Umar bertugas di Divisi Siliwangi, unit yang dikenal tangguh dan loyal kepada Republik.
Ia ikut dalam berbagai operasi militer, termasuk mempertahankan Bandung Selatan dan menumpas agresi Belanda kedua.
Kedekatannya dengan para tokoh militer seperti AH Nasution dan TB Simatupang membentuk pola pikir strategisnya — bahwa perang bukan sekadar soal senjata, tetapi juga soal disiplin dan moral.
Dari Siliwangi ke Kostrad
Selepas kemerdekaan, Umar melanjutkan kariernya di tubuh Angkatan Darat.
Pada akhir 1950-an, ia dipercaya menjadi Komandan Brigade di Divisi Siliwangi, lalu naik menjadi Panglima Kodam V/Jaya pada awal 1960-an.
Momen paling penting datang pada tahun 1965, ketika ia ditunjuk sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).
Penunjukan ini tidak lepas dari reputasinya sebagai perwira yang disiplin dan bisa dipercaya.
Di tengah gejolak politik pasca-peristiwa G30S/PKI, Umar berada di posisi krusial.
Sebagai Panglima Kostrad menggantikan Soeharto yang naik menjadi Menpangad, Umar ikut menjaga stabilitas militer di saat negara dalam kondisi genting.
Dalam beberapa catatan sejarah, Umar dikenal berhati-hati — tidak reaktif, tapi selalu memastikan setiap tindakan didasari data dan perintah resmi.
Sikap inilah yang membuatnya dihormati oleh semua pihak, termasuk lawan politik militer pada masa itu.
Baca Juga: Sosok Umar Wirahadikusumah, Wapres yang Bersih dan Tegas
Disiplin dan Loyalitas: Dua Kunci Suksesnya
Artikel Terkait
Borong Kapal Fregat Canggih dari Italia, Indonesia Disebut Bakal Kuasai Militer Angkatan Laut ASEAN
Media Rusia Sebut Militer Indonesia Sangar dalam Jumlah Pasukan, Tapi 'Cupu' Kalau Bicara Hal Ini
Kenali Spesifikasi Drone FPV Milik Ukraina, Strategi Efektif Melawan Aset Militer Rusia