BOGORINSIDER.com – Pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) ke level 4,75% pada September 2025 langsung disambut beragam reaksi dari pasar. Investor asing, pelaku pasar modal, hingga pengamat keuangan memperhatikan langkah ini dengan cermat, karena kebijakan moneter berpengaruh besar pada arus modal global.
Reaksi Awal Pasar
- Rupiah Bergerak Fluktuatif
Rupiah sempat melemah tipis terhadap dolar AS sehari setelah pengumuman. Hal ini wajar karena pemangkasan bunga biasanya membuat aset dalam rupiah kurang menarik dibanding negara dengan bunga lebih tinggi. - Pasar Saham Menguat
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru mencatat kenaikan signifikan, terutama di sektor perbankan, properti, dan konsumsi. Investor melihat peluang ekspansi bisnis di tengah biaya pinjaman yang lebih rendah. - Obligasi Negara Stabil
Yield obligasi negara sedikit turun, menandakan minat investor asing tetap terjaga meski ada risiko pelemahan rupiah.
Perspektif Investor Asing
Menurut laporan Bloomberg, sejumlah investor asing cenderung masih optimis terhadap fundamental Indonesia. Inflasi yang terkendali dan cadangan devisa yang cukup besar memberi rasa aman.
Namun, sebagian investor memilih bersikap hati-hati. “Jika tekanan eksternal meningkat, rupiah bisa lebih rentan. Tapi secara jangka menengah, kebijakan BI justru mendukung investasi,” ujar analis dari Nomura.
Baca Juga: Suku Bunga Turun, Apa Dampaknya untuk KPR dan UMKM?
Implikasi ke Sektor Keuangan
- Perbankan: saham perbankan naik karena margin bunga bisa ditekan, mendorong penyaluran kredit.
- Properti: minat investor asing ke sektor properti meningkat, terutama proyek perumahan dan kawasan industri.
- Konsumsi: investor melihat peluang pertumbuhan konsumsi domestik, salah satu motor ekonomi Indonesia.
Risiko yang Masih Mengintai
- Arus Modal Keluar: jika The Fed atau bank sentral lain menaikkan bunga, investor bisa menarik dana dari pasar domestik.
- Rupiah Rentan: pelemahan rupiah berlebihan bisa menekan impor dan memperbesar defisit transaksi berjalan.
- Krisis Eksternal: perlambatan Tiongkok dan ketidakpastian geopolitik masih bisa memicu volatilitas.
Baca Juga: Perdebatan Mandat BI 2025: Antara Inflasi, Rupiah, dan Pertumbuhan
Suara Ekonom
Ekonom Bank Mandiri menilai, langkah BI justru menjadi sinyal bahwa Indonesia percaya diri menghadapi tantangan global. “Investor asing akan menilai stabilitas, bukan hanya angka bunga,” ujarnya.
Sementara, analis JP Morgan menyebut investor jangka panjang tetap melihat Indonesia sebagai pasar potensial berkat demografi muda dan konsumsi besar.
Reaksi investor asing terhadap pemangkasan bunga BI 2025 menunjukkan dinamika yang kompleks. Ada optimisme terhadap pertumbuhan, tapi juga kewaspadaan pada risiko eksternal.
Ke depan, kunci keberhasilan ada pada sinergi antara kebijakan moneter BI dan kebijakan fiskal pemerintah agar pasar tetap percaya pada stabilitas ekonomi Indonesia.
Artikel Terkait
Dana 200 Triliun di BI, Menkeu Purbaya Siap Tarik untuk Ekonomi Buat Rupiah Naik
Gantikan Sri Mulyani, Dampak Menkeu Purbaya Siapkan 200 Triliun Parkir di Bank BUMN
Kisah Menkeu Purbaya & Drama Likuiditas, Antara Dorongan Kredit & Takut Rupiah Makin Loyo
Instruksi Purbaya: Dana Pemerintah Fokus ke UMKM