Tidak mampu berikan uang bulanan ke anaknya, mahar Tiko Aryawardhana dan BCL malah bikin salfok netizen

BOGORINSIDER.com --Tiko Aryawardhana kembali menjadi sorotan publik setelah mantan istrinya, Arina Winarto, melaporkannya ke polisi atas dugaan penggelapan dana sebesar Rp6,9 miliar dari perusahaan yang mereka dirikan bersama, PT Arjuna Advaya Sanjaya.

Laporan tersebut telah dikonfirmasi oleh Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, AKBP Bintoro, yang menyatakan bahwa kasus penggelapan dana ini sudah memasuki tahap penyidikan.

Publik kembali mengingat pernikahan Tiko dengan Bunga Citra Lestari (BCL) yang digelar secara mewah beberapa waktu lalu.

Pernikahan tersebut bukan hanya menarik perhatian karena kemewahannya, tetapi juga karena besarnya mahar yang diberikan Tiko kepada BCL.

Baca Juga: Hasil pemeriksaan Tiko Aryawardhana terduga kasus penggelapan dana 6,9 miliar yang di laporkan mantan istrinya

Pernikahan ini berlangsung di Amankila Bali pada 2 Desember 2023, di mana Tiko memberikan mas kawin berupa logam mulia seberat 212 gram, setara dengan Rp243 juta.

Lokasi pernikahan mereka juga menjadi sorotan. Digelar di resort mewah di Pulau Dewata, pernikahan ini memanfaatkan fasilitas dengan harga sewa kamar mencapai Rp25 juta per malam.

Kemewahan ini menjadi pembicaraan publik yang mencerminkan gaya hidup mewah pasangan tersebut.

Namun, sebelum menikahi BCL, Tiko sudah pernah menikah dengan Arina Winarto. Pernikahan Tiko dan Arina berlangsung selama tujuh tahun, dari 2014 hingga 2021.

Perceraian mereka disebabkan oleh berbagai masalah, termasuk cekcok dan masalah ekonomi.

Tiko dikabarkan mengalami kesulitan keuangan hingga tidak mampu memenuhi kebutuhan istri dan ketiga anaknya, yang kemudian memicu pertengkaran.

Baca Juga: Dugaan penggelapan dana Rp6,9 Miliar oleh Tiko Aryawardhana, suami BCL memasuki tahap penyidikan lagi

Menurut putusan pengadilan, Tiko dan Arina resmi bercerai pada 30 Desember 2021. Hak asuh ketiga anak mereka jatuh kepada Arina, sementara Tiko diwajibkan memberikan nafkah sebesar Rp5 juta per bulan untuk setiap anaknya.

Kasus ini menunjukkan bagaimana masalah keuangan dapat mempengaruhi kehidupan pribadi dan profesional seseorang, serta menimbulkan konsekuensi hukum yang serius.