BOGORINSIDER.com --Jembatan Merah, Bogor, bukan hanya sekadar jalur padat yang menghubungkan dua sisi kota.
Di balik hiruk-pikuk kendaraan dan aroma hujan yang khas, kawasan ini menyimpan harta karun kuliner yang mulai jarang ditemui.
Bagi pecinta cita rasa tradisional, menjelajahi kuliner di sekitar Jembatan Merah adalah seperti perjalanan waktu menemukan kembali rasa, aroma, dan kehangatan yang hampir terlupakan.
Baca Juga: Cuma di Jembatan Merah! Deretan Street Food Malam yang Bikin Kamu Lupa Diet
Doclang: Ikon yang Nyaris Hilang
Kalau kamu besar di Bogor, nama Doclang pasti bukan hal asing. Makanan ini dulunya mudah ditemukan di pagi hari penjualnya berkeliling membawa panci besar di atas sepeda, memanggil pelanggan dengan suara khas.
Doclang disajikan dengan lontong yang dibungkus daun patat, kentang rebus, tahu goreng, telur rebus, dan kerupuk, lalu disiram saus kacang gurih manis. Sekilas mirip gado-gado, tapi rasa dan aromanya berbeda.
Sayangnya, daun patat yang jadi ciri khasnya kini semakin sulit didapat. Akibatnya, banyak penjual menggantinya dengan daun pisang, yang sedikit mengubah aroma dan tekstur lontongnya.
Salah satu tempat yang masih mempertahankan resep aslinya adalah Doclang 405 di sekitar Jembatan Merah. Seporsi hanya belasan ribu rupiah, tapi sensasi nostalgia yang kamu rasakan tak ternilai.
Toge Goreng: Gurih, Harum, dan Sarat Cerita
Meski namanya toge goreng, makanan ini justru direbus, bukan digoreng. Isinya sederhana: tauge, mie kuning, tahu goreng, dan ketupat, disiram kuah tauco dan oncom yang legit. Kuncinya ada pada kuahnya dimasak dengan kayu bakar agar aroma asapnya khas dan terasa “nendang”.
Di sekitar Jembatan Merah, masih ada beberapa penjual toge goreng legendaris yang bertahan di tengah serbuan makanan cepat saji. Mereka memasak langsung di gerobak, dengan peralatan tradisional dan bahan lokal. Rasanya? Sulit ditiru oleh versi modern yang kini mulai muncul di kafe-kafe kekinian.
Baca Juga: Bikin Nagih! 10 Kuliner Malam Jembatan Merah yang Enaknya Gak Masuk Akal
Kue Balok dan Jajanan Pasar: Manisnya Masa Lalu
Sore hari di Jembatan Merah tidak lengkap tanpa mencium aroma manis dari kue balok yang baru keluar dari cetakan. Teksturnya lembut di dalam, sedikit garing di luar, dan rasanya bikin kangen masa kecil. Selain kue balok, masih ada pukis, kue ape, dan beberapa jajanan pasar yang dijual di gerobak-gerobak pinggir jalan.
Namun, pedagang seperti ini makin jarang. Anak muda sekarang lebih sering memilih dessert kekinian. Padahal, jajanan pasar bukan cuma soal rasa, tapi juga cerita keluarga, kebersamaan, dan warisan budaya yang harus dijaga.
Laksa Bogor: Rasa Gurih yang Menghangatkan
Kalau kamu berjalan sedikit ke arah Kebun Raya atau Veteran, kamu bisa menemukan penjaja Laksa Bogor kuliner santan kuning dengan bihun, tahu, telur, dan serundeng. Laksa adalah contoh sempurna bagaimana rempah-rempah Nusantara berpadu indah di lidah. Sayangnya, tak banyak yang masih mau membuatnya dengan cara tradisional: santan segar, bumbu halus, dan waktu masak yang lama.