BOGORINSIDER.COM --Film animasi "Merah Putih: One For All" tengah menjadi sorotan publik usai viral di media sosial. Namun, sorotan ini bukan disebabkan oleh kualitas film yang memukau, melainkan karena kritik tajam dari warganet yang menyoroti dugaan penggunaan aset 3D berbayar dalam produksi film tersebut.
Isu ini mencuat setelah seorang desainer grafis membagikan temuannya di media sosial, menunjukkan kemiripan mencolok antara karakter dalam film dengan model 3D yang tersedia di platform seperti Daz3D.
Dalam unggahannya, ia menyebut empat model yang diduga digunakan, yakni Jayden karya Junaid Miran, Tommy dari Chihuahua Studios, serta Ned dan Francis milik Reallusion.
Baca Juga: Review Film Budi Pekerti (2023): Kritik Sosial di Era Media Sosial
Keempat model film Merah Putih tersebut dijual seharga sekitar 43,50 dolar AS atau setara Rp700 ribu.
Karakter-karakter dalam film terlihat memiliki kesamaan pada bentuk wajah, gaya rambut, dan proporsi tubuh dengan model 3D tersebut. Perbedaan hanya terlihat pada warna kulit, kostum, dan beberapa detail kecil lainnya.
Kritik juga datang dari seorang YouTuber bernama Yono Jambul, yang mengungkap bahwa latar belakang dalam film juga diduga dibeli dari toko aset digital. Ia mencontohkan adegan jalan yang disebut menggunakan aset bertajuk “Street of Mumbai.”
"Mereka ada adegan jalan kan. Nah, mereka belinya aset Street of Mumbai. Aneh banget kan makanya jalannya," ujar Yono dalam videonya yang diunggah pada Sabtu (9/8).
Baca Juga: Review Film SUPERMAN (2025): DCU Bangkit dengan Sentuhan Baru
Dugaan penggunaan aset siap pakai ini menuai kekecewaan publik, terutama karena film ini mengangkat tema nasionalisme. Banyak yang menilai nuansa lokal dalam film terasa kurang kuat, bahkan cenderung asing.
Yang membuat warganet semakin geram adalah informasi bahwa biaya produksi film tersebut mencapai Rp6,7 miliar. Angka yang fantastis ini dianggap tidak sepadan dengan hasil akhir yang ditampilkan, baik dari segi kualitas animasi maupun CGI, yang dinilai ketinggalan zaman.
Film "Merah Putih: One For All" diketahui disutradarai dan ditulis oleh Endiarto dan Bintang, sementara posisi produser dipegang oleh Toto Soegriwo.
Lewat laman instagram-nya, @totosoegriwo, dibocorkan film ini menghabiskan biaya produksi mencapai Rp 6,7 miliar. Proses pengerjaannya makan waktu kurang dari satu bulan saja.
Baca Juga: Inside Out: Menyelami Dunia Emosi Lewat Sentuhan Animasi