BOGORINSIDER.com - Film Hafalan Shalat Delisa yang dirilis tahun 2011 diadaptasi dari novel populer Indonesia dan berlatar tragedi tsunami yang melanda Aceh pada Desember 2004. Ceritanya berfokus pada Delisa, gadis kecil berusia lima tahun yang tinggal di Lhok Nga, sebuah desa nelayan di tepi pantai Banda Aceh. Ia hidup bersama ibunya, Ummi Salamah, serta tiga kakak perempuannya: Fatimah, dan si kembar Aisyah dan Zahra. Sementara itu, ayahnya, Abi Usman, bekerja di tengah laut sebagai kru kapal.
Sebagai anak bungsu, Delisa kerap mendapatkan perhatian istimewa. Suatu hari, Ummi mengajaknya ke pasar dengan alasan berbelanja, namun diam-diam membeli sebuah kalung sebagai hadiah jika Delisa berhasil melewati ujian praktik shalat di sekolah. Sejak itu, Delisa rajin menghafal bacaan shalat, dibantu Aisyah yang meski sering berselisih dengannya tetap setia membetulkan bacaannya.
Pada hari ujian, gempa bumi mengguncang wilayah mereka. Setelah guncangan mereda, Ummi bergegas mengantar Delisa ke sekolah. Awalnya, Fatimah diminta menjaga Aisyah dan Zahra di rumah, namun Delisa memaksa semua kakaknya ikut. Aisyah menolak dengan alasan Delisa harus fokus, dan itulah momen terakhir mereka bertemu.
Baca Juga: Matilda dan Perjuangan Anak Jenius di Tengah Keluarga yang Tak Peduli
Sesampainya di sekolah, Delisa memulai ujian shalat. Saat itulah gelombang tsunami raksasa datang. Larut dalam kekhusyukan, Delisa tak menyadari bahaya hingga terseret arus dan hampir tenggelam. Ia akhirnya terdampar di antara jenazah korban, termasuk sahabatnya Tiur. Seorang tentara Amerika bernama Smith menemukannya dan membawanya ke relawan medis Sophie. Luka parah di kakinya memaksa dokter melakukan amputasi demi menyelamatkan nyawanya.
Sementara itu, Abi Usman kembali dan mendapati ketiga anaknya meninggal serta istrinya hilang. Berkat informasi tetangga, ia menemukan Delisa melalui sebuah poster yang ditulis putrinya. Meski penuh duka, mereka berdua berusaha membangun kembali kehidupan. Ketegaran Delisa yang kehilangan keluarga dan sahabatnya menjadi inspirasi bagi para penyintas di kampungnya untuk bangkit dari keterpurukan.
Film ini menyentuh hati dengan kisah haru tentang kehilangan, cinta, dan kekuatan iman. Setiap adegannya mengingatkan penonton pada peristiwa nyata tsunami yang tak hanya meluluhlantakkan Aceh, tetapi juga membekas dalam ingatan dunia. Al-Fatihah untuk semua korban, semoga mereka mendapat tempat terbaik di sisi-Nya.
Baca Juga: Review Film Kang Mak: Kisah Cinta Abadi dan Persahabatan dalam Balutan Horor Komedi Lokal