Dalam beberapa dekade terakhir, ekspektasi terhadap cinta dan hubungan telah berubah drastis. Jika dulu hubungan lebih banyak menekankan kesetiaan dan kenyamanan finansial, kini media sosial menciptakan standar baru tentang hubungan ideal, khususnya di kalangan generasi Z.
Istilah seperti "situationships," "breadcrumbing," hingga "cushioning" menjadi populer. "Situationships" merujuk pada hubungan tanpa status atau komitmen jelas. "Breadcrumbing" menggambarkan seseorang yang pura-pura tertarik namun menghilang begitu saja. Sedangkan "cushioning" adalah tren di mana seseorang memiliki hubungan cadangan jika hubungan utamanya gagal.
Dampak Ekspektasi Tinggi
Ekspektasi terhadap pasangan semakin meningkat akibat tren media sosial yang mendorong pencitraan pasangan sempurna di mata publik.
Penelitian psikolog Sivan George-Levi pada 2014 menunjukkan bahwa ekspektasi berlebihan terhadap pasangan dapat mengurangi kepuasan dalam hubungan. Ketergantungan emosional dan finansial yang tidak sehat sering kali menjadi dampaknya.
Media sosial mengubah cara pandang kita terhadap hubungan, menciptakan standar yang tidak realistis. Pasangan yang tampak harmonis di TikTok, selalu memberi kejutan romantis, dan menghindari konflik sering kali tidak mencerminkan realitas.
Baca Juga: Bencana tanah longsor terjang sembilan desa di Kecamatan Petungkriyono, Pekalongan
Tekanan untuk membentuk hubungan yang "flawless" semakin meningkat, padahal hubungan sehat justru dibangun dari komunikasi terbuka dan saling menghargai.
Meskipun mengikuti tren seperti ide kencan atau membuat konten bersama pasangan dapat memberikan kebahagiaan, hal ini hanya sehat jika dilakukan dengan tulus, bukan demi validasi publik. Obsesi terhadap momen sempurna di media sosial justru bisa merusak koneksi emosional yang lebih penting.
Sebelum membandingkan hubungan kita dengan pasangan di media sosial, penting untuk bertanya: apakah hubungan tersebut realistis? Apakah sesuai dengan kebutuhan kita dan pasangan? Cinta di era digital memang lebih kompleks, tetapi hubungan sehat tetap dibangun dari komunikasi jelas, rasa saling menghargai, dan koneksi emosional mendalam.
Pada akhirnya, hubungan ideal tidak diukur dari jumlah likes atau foto estetik, melainkan dari kedalaman hubungan nyata antara dua individu.