BOGORINSIDER.com --Di tengah hiruk-pikuk kampanye "All Eyes on Rafah", seruan serupa juga menggema di Indonesia dengan tajuk "All Eyes on Papua". Pertanyaannya adalah, apa yang sebenarnya terjadi di Papua saat ini?
Seruan untuk memberikan perhatian pada kondisi Papua sangat marak di media sosial, terutama di platform X (sebelumnya Twitter).
Salah satu unggahan yang menarik perhatian berasal dari akun @tanyakanrl pada 31 Mei.
Dalam unggahan tersebut, dinyatakan bahwa hak-hak masyarakat Papua sedang direnggut secara paksa oleh penguasa.
Unggahan ini, disertai dengan poster bertuliskan “All Eyes on Papua”, menjadi viral dengan total tayangan mencapai 1,1 juta dan disukai oleh 47,1 ribu pengguna.
Baca Juga: 'All Eyes On Papua' perjuangan masyarakat Adat Papua menjaga hutan dari ancaman perkebunan sawit
Tidak hanya viral di media sosial, kampanye ini juga mendorong munculnya petisi solidaritas untuk Papua yang diinisiasi oleh Yayasan Pusaka Bentala Rakyat.
Dalam petisi tersebut dijelaskan bahwa hutan di Papua akan dibabat untuk pembangunan perkebunan kelapa sawit. Hingga 3 Juni, petisi tersebut telah ditandatangani oleh 70.127 orang.
Makna "All Eyes on Papua"
Masyarakat Papua sangat menjunjung tinggi adat dan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Daerah ini diberkahi dengan kekayaan alam berupa hutan tropis terluas di Indonesia.
Berdasarkan data dari Auriga Nusantara, sebuah organisasi yang fokus pada pelestarian sumber daya alam di Indonesia, total luas hutan di provinsi Papua dan Papua Barat mencapai sekitar 33.847.928 hektare pada tahun 2022.
Bagi masyarakat adat Papua, hutan lebih dari sekadar kumpulan pohon; hutan mengandung nilai budaya dan menjadi sumber kehidupan utama. Karena alasan inilah mereka berupaya keras untuk menjaga alamnya.
Baca Juga: Respon ibunda Pegi Setiawan usai Presiden Jokowi berikan komentar kasus pembunuhan Vina Cirebon
Namun, ironi terjadi karena hutan Papua justru terus menyusut setiap tahunnya. Mengutip makalah kebijakan dari Auriga Nusantara berjudul "Hutan Adat (Papua) Menanti Asa", penyebab utama penyusutan hutan di Bumi Cendrawasih adalah deforestasi untuk kebutuhan industri di sektor perkebunan, kehutanan, dan pertambangan.
Saat ini, salah satu kawasan hutan di Papua kembali terancam hilang. Berdasarkan penjelasan Yayasan Pusaka Bentala Rakyat dalam petisi berjudul "Hutan Seluas Separuh Jakarta Akan Hilang. Mahkamah Agung, Cabut Izin Sawit PT IAL!", hutan di Kabupaten Boven Digoel akan dibabat untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit oleh PT Indo Asiana Lestari (PT IAL). Luas hutan yang akan dibabat mencapai 36 hektare, lebih dari separuh luas Jakarta.