Menjalankan family office bukan murah. Untuk memiliki staff ekspert manajer investasi, ahli pajak, pengacara, staf administrasi biaya operasional bisa mencapai jutaan dolar per tahun, sehingga biasanya hanya keluarga dengan aset puluhan hingga ratusan juta dolar yang masuk akal.
Dalam struktur, biasanya ada:
- Kepala/CEO family office
- Manajer investasi & analis
- Spesialis pajak & hukum
- Petugas administrasi / akuntansi
- Koordinator filantropi / proyek sosial
- Pengelola real estate / properti
- Staf gaya hidup & concierge (tergantung kebutuhan)
Semua ini bekerja terkoordinasi untuk memenuhi visi dan tujuan keluarga.
Contoh Global & Nilai Aset
Beberapa keluarga ternama punya family office sendiri, misalnya Rockefeller, Walton (milik Wal-Mart), dan Bezos dengan investasinya.
Menurut laporan global, family office makin penting dalam ekosistem investasi. Sebagian family office mengalokasikan investasi ke sektor inovatif, private equity, real estate, hingga inisiatif ESG (environmental/social).
Baru-baru ini, bank DBS (Singapura) mengumumkan platform multi-family office (DBS MFO) dengan aset di bawah pengelolaan USD ~780 juta, dan menargetkan pertumbuhan signifikan ke depan.
Baca Juga: Utang Membengkak Rp116T, Begini Kronologi Proyek Whoosh
Dilema & Risiko yang Harus Dipahami
Konsep family office juga punya tantangan & risiko:
- Minim regulasi / pengawasan
Karena sifatnya pribadi & internal, banyak family office tidak berada di bawah regulasi yang ketat, yang bisa membuka potensi penyalahgunaan. - Konflik internal keluarga
Laba, keputusan investasi, warisan urusan keluarga bisa memicu gesekan jika governance lemah. - Biaya besar & skala ekonomi
Untuk keluarga dengan aset lebih kecil, operasional office bisa jadi beban dan sulit dibenarkan. - Transparansi & akuntabilitas
Sistem auditing & kontrol internal harus kuat agar tidak terjadi kesalahan besar atau korupsi. - Ketergantungan generasi
Jika generasi penerus tidak siap, bisa terjadi erosi nilai atau konflik kepemimpinan.
Relevansi & Prospek di Indonesia
Kenapa sekarang ramai dibahas di Indonesia? Beberapa faktor:
- Pemerintah melihat potensi besar untuk menarik modal global, terutama dari keluarga kaya yang mencari negara dengan potensi pertumbuhan & insentif.
- Rencana menjadikan Bali sebagai hub family office / pusat finansial global tengah digodok.
- Bahasan regulasi, izin imigrasi, pajak, serta kerangka hukum terkait family office sedang dalam proses pembahasan publik & pemerintah.
- Karena Indonesia memiliki potensi pertumbuhan ekonomi dan sumber daya alam, banyak investor kaya yang mencari lokasi alternatif selain Singapura atau Hong Kong.
Namun, ada catatan: sebagai negara berkembang, Indonesia harus meyakinkan bahwa sistem hukum, perlindungan investasi, stabilitas politik & regulasi pajak cukup kuat agar family office merasa “nyaman”.
Family office adalah struktur khusus untuk mengelola kekayaan keluarga besar secara holistik tidak cuma uang, tapi juga perencanaan hukum, warisan, properti, dan urusan keluarga lainnya.
Modelnya bisa single-family, multi-family, atau virtual, tergantung kebutuhan & skala aset.
Manfaat utamanya adalah kontrol, privasi, efisiensi, dan kesinambungan antar generasi.
Artikel Terkait
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa Hadapi Simbol Tantangan ‘17+8’ Jadi Sorotan Publik
Instruksi Purbaya: Dana Pemerintah Fokus ke UMKM
Purbaya Uji Coretax Lewat Kring Pajak, Temukan Masalah
Bahas Cukai Rokok, Purbaya Singgung “Firaun”
Purbaya Tolak Tax Amnesty Jilid III, Ini Alasannya