BOGORINSIDER.com --Di kaki Gunung Salak, ada satu tempat makan yang terasa seperti pelarian dari dunia digital restoran kayu di pinggir sungai Curug Nangka.
Tempat ini bukan hanya tempat makan, tapi juga ruang untuk mendengarkan kembali suara alam gemericik air, desir angin, dan aroma masakan yang dimasak di tungku kayu.
Kamu tidak akan menemukan hiruk-pikuk musik kencang atau lampu neon di sini.
Yang ada hanya bunyi sungai yang mengalir tenang di bawah dek kayu, di mana para pengunjung duduk lesehan sambil menikmati nasi hangat dan ikan bakar segar.
Baca Juga: Kuliner Hidden Gem Rahasia Soto Mie Legendaris di Gang Suryakencana, Rasa yang Bertahan Melawan Zaman
Suasana Alam yang Tak Tergantikan
Restoran ini berlokasi tak jauh dari pintu masuk Curug Nangka, Kecamatan Tamansari, Bogor. Dikelilingi hutan pinus dan tebing batu, suasananya seperti terpotong dari dunia luar.
Dari parkiran kecil, kamu hanya perlu berjalan kaki sekitar 5 menit melalui jembatan bambu kecil. Begitu tiba, panorama air sungai jernih yang mengalir di bawah panggung kayu langsung menyambut.
Bangunannya didominasi material alami: kayu jati, bambu, dan atap rumbia. Tak ada dinding permanen, hanya tirai anyaman yang bisa dibuka saat angin bertiup. Saat sore menjelang, pantulan cahaya keemasan di air sungai menciptakan suasana yang tenang dan romantis.
Baca Juga: Ngopi Asyik di Tengah Sawah, Menyatu dengan Alam Destinasi Hidden Gem di Warung Kopi Cijeruk
Menu Andalan: Ikan Bakar & Sambal Dabu-Dabu
Meski sederhana, cita rasa di sini luar biasa. Menu utama restoran ini adalah ikan bakar segar, langsung diambil dari kolam yang berada di sisi belakang warung. Kamu bisa memilih ikan nila, gurame, atau lele semuanya dibakar dengan bumbu oles khas Sunda dan disajikan di atas daun pisang.
Selain itu, ada sambal dabu-dabu, sambal terasi, dan sambal ijo yang menggoda lidah. Menu pendamping seperti tumis kangkung, tahu tempe goreng, dan lalapan segar semakin melengkapi pengalaman makan alami ini.
Minumannya? Coba teh poci panas atau jus markisa Bogor. Rasanya menyatu sempurna dengan udara dingin pegunungan.
Cerita dari Pemilik
Pemiliknya, Pak Agus, menuturkan bahwa restoran ini dulunya hanyalah saung kecil untuk keluarga dan teman-teman. Namun karena banyak wisatawan yang lewat menuju Curug Nangka, akhirnya ia membuka warung secara umum
“Saya ingin orang makan sambil dengar suara air. Soalnya, itu yang bikin tenang,” ujar Pak Agus sambil tersenyum.
“Semua kayu di sini dari pohon bekas bangunan lama. Kami nggak mau tebang pohon baru.”
Artikel Terkait
Menakar Ulang Ketahanan Pangan Nasional: Jejak Arief Prasetyo Adi di Bapanas
Arief Prasetyo Adi: Dari Dunia Korporasi ke Kursi Kepala Bapanas
Pergantian Arief Prasetyo Adi: Isyarat Politik di Balik Kursi Bapanas
Apakah Indonesia Aman dari Krisis Pangan? Ini Data Lengkap Setelah Arief Prasetyo Adi Dicopot
Pergantian Kepala Bapanas: Apa yang Berubah dan Apa yang Tetap Sama?