Saat Umar dipercaya menjabat berbagai posisi penting di TNI, termasuk Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dan kemudian Ketua BPK, Karlinah tetap menjadi sosok yang rendah hati.
Ia tidak pernah menuntut kehidupan glamor, meski status mereka memungkinkan itu.
Bahkan ketika Umar diangkat menjadi Wakil Presiden RI pada tahun 1983, Karlinah memilih tetap tinggal di rumah lama mereka di Menteng bukan di istana.
Ia lebih nyaman menjadi “penjaga keseimbangan” di balik layar, memastikan suaminya tetap berpijak di bumi.
“Selama beliau menjabat, tidak pernah saya lihat ibu berubah. Masih seperti dulu suka masak sendiri, melayani tamu dengan tangan sendiri, dan menolak formalitas berlebihan,” tutur salah satu kerabat keluarga.
Cinta dalam Diam, Pengabdian tanpa Sorotan
Karlinah bukanlah istri pejabat yang senang tampil di depan publik.
Ia lebih memilih jalan sunyi membantu masyarakat lewat kegiatan sosial dan pendidikan tanpa membawa nama besar suaminya.
Melalui Yayasan Pantara, ia membantu membangun sekolah-sekolah dan memberikan beasiswa bagi anak-anak dari keluarga prajurit.
Ia sering mengatakan, “Kalau anak prajurit tidak bisa sekolah, berarti negara gagal membalas jasa bapak-bapak mereka.”
Umar mendukung penuh langkah istrinya.
Ia sering berkata bahwa pengabdian Karlinah adalah bagian dari perjuangan dirinya juga, meski dilakukan dari sisi yang berbeda.
Prinsip Hidup: Jujur, Disiplin, dan Tidak Tamak
Selama lebih dari setengah abad hidup bersama, Umar dan Karlinah memegang tiga prinsip utama: kejujuran, kedisiplinan, dan tidak tamak terhadap jabatan.
Bagi mereka, jabatan hanyalah amanah, bukan alat untuk memperkaya diri.
Dalam beberapa catatan pribadi yang ditemukan setelah Umar wafat, tertulis kalimat yang menggambarkan nilai hidupnya:
“Jabatan tinggi tidak akan berarti jika tidak diiringi niat melayani rakyat.”
Karlinah menuliskan hal senada dalam catatan harian yang kini disimpan keluarga:
“Kami tidak hidup untuk dikenal, tapi untuk dikenang karena kebaikan kecil yang kami tinggalkan.”
Menemani Hingga Akhir Hayat
Setelah Umar pensiun dari jabatannya sebagai wapres pada tahun 1988, pasangan ini menjalani hari tua dengan tenang.
Mereka sering terlihat berjalan pagi bersama di taman kecil belakang rumah berdua, tanpa pengawal, tanpa protokol.
Artikel Terkait
Putra Hamzah Haz ungkap ayahnya wafat dalam kondisi sehat tanpa ada sakit
Wina Armada Sukardi, Tokoh Pers dan Mantan Anggota Dewan Pers, Wafat di Usia 65 Tahun
Abdul Rahman Saleh, Eks Jaksa Agung Era SBY Wafat di Jakarta