Hari Tani Nasional: Aksi Petani Geruduk DPR Desak Reforma Agraria

Data Konflik Agraria

Menurut catatan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), sepanjang 2024 terjadi lebih dari 250 kasus konflik agraria dengan luasan lebih dari 600 ribu hektare lahan terdampak. Mayoritas konflik terjadi akibat ekspansi perkebunan sawit, tambang, dan proyek infrastruktur.

Jumlah korban terdampak mencapai 170 ribu keluarga petani. Beberapa kasus berujung kriminalisasi, bahkan jatuh korban jiwa.

Respons DPR & Pemerintah

Ketua DPR RI menyatakan pihaknya akan menerima perwakilan massa untuk berdialog. Namun, hingga sore, petani masih menunggu realisasi pertemuan tersebut.

Sementara itu, Menteri ATR/BPN menegaskan pemerintah berkomitmen menjalankan reforma agraria, namun meminta “petani memahami keterbatasan anggaran dan kompleksitas regulasi.”

Pernyataan ini mendapat sorakan keras dari massa aksi. “Kami tidak butuh janji, kami butuh bukti,” teriak salah satu peserta.

Dampak Lalu Lintas & Aktivitas Warga

Aksi besar ini membuat lalu lintas di sekitar Senayan, Slipi, dan Pancoran mengalami kemacetan panjang hingga 5 km. Pengendara diarahkan melewati Jalan Asia Afrika dan Jalan Sudirman.

Sejumlah perkantoran di sekitar DPR bahkan meliburkan karyawan lebih awal demi menghindari kepadatan.

Makna Hari Tani Nasional

Hari Tani Nasional diperingati setiap 24 September, bertepatan dengan lahirnya UU Pokok Agraria 1960. Bagi petani, hari ini menjadi simbol perjuangan sekaligus pengingat bahwa reforma agraria sejati masih jauh dari harapan.

Harapan & Jalan Panjang Reforma Agraria

Di penghujung aksi, ribuan petani menyerukan doa bersama dan membentangkan peta Indonesia raksasa sebagai simbol bahwa tanah air adalah milik rakyat, bukan segelintir korporasi.

“Selama tanah dikuasai segelintir elit, rakyat akan terus menderita. Kami tidak akan berhenti sampai reforma agraria terwujud,” kata Tini, petani perempuan asal Cilacap.