BOGORINSIDER.com --Aliansi Perempuan Indonesia menggelar aksi demonstrasi di depan Gedung DPR/MPR RI, Rabu (3/9/2025), dengan membawa empat tuntutan utama yang menyoroti kekerasan negara, pemborosan anggaran, hingga penegakan keadilan bagi korban.
Aksi ini menjadi sorotan publik karena simbol dan pesan kuat yang diusung.
Suasana Aksi: Pink, Hitam, dan Sapu Lidi
Ribuan peserta aksi hadir dengan berpakaian dominan pink dan hitam. Warna pink dipilih sebagai simbol perlawanan, sementara hitam menggambarkan masa depan suram akibat represifitas negara.
Tak hanya itu, banyak demonstran membawa sapu lidi, sebuah simbol untuk “menyapu bersih” praktik kekerasan, militerisme, dan pemborosan yang dianggap merugikan rakyat.
Baca Juga: Brave Pink, Berikut Ini Cara Membuat Tren Foto Profil Solidaritas Digital
Atmosfer semakin hidup dengan kehadiran juru bahasa isyarat, memastikan penyandang disabilitas juga dapat mengikuti jalannya aksi. Hal ini mempertegas inklusivitas perjuangan yang digaungkan.
Empat Tuntutan Utama Aksi Perempuan
Berikut tuntutan resmi yang disampaikan melalui orasi dan poster:
-
Hentikan Kekerasan Negara oleh Presiden Prabowo Subianto
Aliansi Perempuan Indonesia menegaskan bahwa negara tidak boleh lagi menggunakan cara-cara represif dalam menghadapi rakyat yang menyampaikan aspirasi. Menurut mereka, protes adalah hak rakyat yang dijamin konstitusi, bukan ancaman terhadap negara. -
Stop Pemborosan Uang Rakyat untuk Pejabat
Demonstran menyoroti penggunaan anggaran negara yang dinilai lebih banyak menguntungkan pejabat atau kepentingan pribadi, alih-alih untuk kepentingan publik. Mereka menuntut transparansi dan akuntabilitas pengelolaan APBN. -
Hentikan Represifitas – Protes Bukan Makar atau Terorisme
Dalam orasi, perwakilan aksi menekankan bahwa kriminalisasi terhadap demonstran tidak dapat dibenarkan. Unjuk rasa bukan makar, bukan pula tindakan terorisme, melainkan salah satu bentuk kontrol rakyat terhadap jalannya pemerintahan. -
Keadilan untuk Korban
Para peserta menuntut agar korban kekerasan aparat dan pelanggaran HAM mendapatkan perhatian serius. Mereka menekankan bahwa negara harus hadir untuk melindungi warganya, bukan justru melukai mereka.
Baca Juga: Ikon Brave Pink Simbol Perlawanan Damai dan Autentik Dalam Melawan DPR RI
Suara dari Lapangan
Salah satu peserta aksi, Ratna (34), mengatakan:
Artikel Terkait
Negara Hadir, Keluarga Affan Terima Rumah Subsidi di Cileungsi
Nenek di Tanggamus Ditemukan Selamat Setelah Dua Hari Hilang
Dua Hari Terjebak di Sumur, Nenek Samiyem Bertahan Hidup hingga Diselamatkan
Kasus Nenek Samiyem, Warga Diimbau Lebih Waspada terhadap Sumur Terbuka
Dari Demo ke Timeline, Lahirnya Tren Brave Pink Ikon Demo 2025