Generasi Filantropi
Generasi baru tak lagi terpaku pada return on investment semata, tapi juga return on impact.
Banyak pewaris kekayaan di Asia mulai membentuk impact foundation lembaga filantropi keluarga dengan model sustainable finance.
Di Indonesia, muncul nama-nama muda yang mulai ikut terjun:
- Alya Wijaya (28), penerus perusahaan keluarga yang kini membangun education impact fund.
- Rangga Setiadi (31), mantan banker yang mendirikan Family Impact Lab untuk proyek air bersih di NTT.
“Kami ingin menjadi generasi yang bukan hanya mewarisi uang, tapi juga memperbaiki dunia,” kata Alya kepada BOGORINSIDER.com.
Proyeksi Masa Depan: Indonesia Jadi Hub Baru Asia
Menurut riset PwC Global 2025, Asia akan menjadi pusat pertumbuhan family office terbesar di dunia dan Indonesia disebut sebagai pemain baru yang paling potensial.
Faktor pendukungnya:
- Demografi muda dengan literasi digital tinggi.
- Pertumbuhan kelas menengah kaya yang cepat.
- Kebijakan pro-investasi dan stabilitas ekonomi makro.
- Reputasi Bali sebagai lifestyle investment hub.
Diprediksi pada 2030, Indonesia bisa memiliki:
- 1.000 family office aktif.
- Aset kelolaan USD 150 miliar.
- Puluhan ribu tenaga profesional lokal di sektor wealth management.
Peran Pemerintah dan Dunia Akademik
Kemenkeu dan OJK sedang memfinalisasi Peraturan Nasional Family Office Indonesia, mencakup:
- Standar operasional.
- Mekanisme pelaporan keuangan.
- Skema perpajakan adil dan kompetitif.
- Sertifikasi profesional nasional.
Sementara universitas seperti UI, ITB, dan BINUS tengah mengembangkan pusat riset Family Office & Wealth Sustainability.
“Kita ingin anak muda Indonesia tidak hanya jadi penonton, tapi pelaku di industri ini,” ujar Deputi Ekonomi OJK.
Baca Juga: Peluang Karier di Industri Family Office: Profesi Bergengsi Masa Depan
Masa Depan: Kolaborasi Generasi
Industri ini bukan hanya tentang orang kaya dan pengelolanya tapi tentang kolaborasi lintas generasi.
Orang tua membangun kekayaan, anak muda memberi arah baru dengan teknologi, nilai, dan idealisme.