Kasus ini juga memengaruhi dinamika sosial di sekolah. Guru harus bekerja ekstra untuk menenangkan siswa. Bahkan ada sekolah yang memilih menunda distribusi MBG karena takut kejadian terulang.
Di lingkungan masyarakat, muncul rasa curiga terhadap pihak penyedia katering. Sebagian warga menilai pemerintah tidak serius mengawasi, sementara yang lain menuntut keterlibatan lebih banyak pihak lokal dalam pengelolaan makanan sekolah.
Beban Psikologis pada Guru dan Tenaga Kesehatan
Guru yang berada di lokasi saat kejadian juga mengalami tekanan psikologis. Mereka harus menyaksikan puluhan siswa jatuh sakit secara bersamaan. “Itu momen paling panik dalam karier saya sebagai guru,” ungkap salah satu tenaga pendidik.
Begitu pula dengan tenaga kesehatan yang kewalahan menangani korban dalam jumlah besar. Trauma kolektif ini menunjukkan betapa besarnya dampak dari sebuah program yang gagal dalam implementasi.
Nasib Program MBG ke Depan
Setelah kasus keracunan, masa depan program MBG kini dipertanyakan. Sebagian pihak mendesak program dihentikan sementara hingga ada evaluasi menyeluruh.
Namun, ada juga yang mengingatkan bahwa menghentikan MBG sama saja merugikan banyak siswa yang bergantung pada program ini untuk asupan gizi harian. Solusinya bukan menghentikan, tetapi memperketat pengawasan dan memperbaiki manajemen distribusi.
Baca Juga: Kronologi Ratusan Siswa Keracunan Program MBG di Sekolah
Perspektif Pakar
Pakar kebijakan publik menekankan pentingnya restorasi kepercayaan publik. “Jika kepercayaan hilang, program sebesar apa pun akan ditolak masyarakat. Pemerintah harus segera melakukan langkah transparan, termasuk mengumumkan hasil investigasi dan memperbaiki standar operasional,” kata Dr. Yanuar, peneliti kebijakan sosial.
Dampak keracunan MBG tidak berhenti pada sakit fisik. Ada trauma, keresahan, hilangnya kepercayaan, hingga ancaman bagi masa depan program. Jika pemerintah ingin MBG tetap berjalan, maka penyembuhan trauma anak-anak dan pemulihan kepercayaan publik harus menjadi prioritas utama.
Karena pada akhirnya, program pangan bukan sekadar soal gizi, tetapi juga soal rasa aman dan percaya.