BOGORINSIDER.com – Dalam beberapa pekan terakhir, masyarakat dikejutkan dengan fenomena SPBU Shell kosong.
Konsumen yang terbiasa mengisi Shell Super atau V-Power harus kecewa karena stok habis di banyak titik. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar: apa sebenarnya penyebab utama kekosongan BBM di SPBU Shell?
Fakta Singkat
- Shell Super habis di banyak SPBU Jabodetabek.
- Di Depok, SPBU Shell dilaporkan sama sekali tidak menjual bensin.
- Di Surabaya, hanya solar yang tersedia, bensin hilang.
- Jam operasional SPBU dipangkas, karyawan dirumahkan.
Fenomena ini bukan hanya teknis sesaat, melainkan hasil dari kombinasi faktor kebijakan, distribusi, hingga pasar energi global.
Penyebab 1: Ketergantungan pada Impor
Produk BBM non-subsidi seperti Shell Super (RON 92) atau V-Power (RON 95) sebagian besar didapatkan melalui impor.
Artinya, ketersediaan pasokan sangat bergantung pada rantai distribusi global: harga minyak dunia, biaya logistik, hingga perizinan impor.
Ketika ada hambatan di salah satu rantai ini, dampaknya langsung terasa di SPBU.
Baca Juga: Dari Operator ke Penjual Kopi: Cerita Pegawai Shell
Penyebab 2: Regulasi Kolaborasi dengan Pertamina
Pemerintah Indonesia mengatur agar SPBU swasta seperti Shell dan BP berkolaborasi dengan Pertamina dalam pengadaan bahan bakar.
Aturan ini bertujuan menjaga kestabilan energi nasional, namun juga membuat fleksibilitas distribusi Shell menjadi lebih terbatas.
Seorang pengamat energi menyebut, “Shell tidak bisa bebas menentukan impor. Ada mekanisme izin dan kolaborasi yang memperlambat distribusi ke SPBU.”
Penyebab 3: Keterbatasan Kuota & Realisasi Impor
Menteri ESDM memang mengumumkan peningkatan kuota impor BBM untuk SPBU swasta hingga 10% lebih banyak dibanding tahun sebelumnya.
Namun, peningkatan kuota di atas kertas tidak otomatis berarti stok langsung sampai ke konsumen. Realisasi impor butuh waktu, mulai dari tender, pengiriman, hingga pengujian mutu.
Penyebab 4: Distribusi & Logistik Nasional
Selain impor, distribusi dalam negeri juga berperan besar.
SPBU Shell jumlahnya tidak sebanyak Pertamina. Dengan jaringan yang lebih kecil, distribusi ke setiap SPBU jadi lebih lambat, apalagi di luar Jabodetabek.