Kolonel (Purn) Supriyadi, yang pernah menjadi stafnya di Mabes AD, menceritakan:
“Beliau itu seperti ayah. Tidak keras suaranya, tapi tegas. Kalau beliau sudah bilang ‘saya kecewa’, rasanya lebih menyakitkan daripada dimarahi.”
Ketegasan moral seperti inilah yang jarang ditemukan di masa kini.
Umar bukan hanya memimpin dengan jabatan, tapi dengan keteladanan.
Dari Militer ke Pemerintahan
Setelah masa jabatannya di KSAD berakhir pada 1973, Umar tidak langsung pensiun.
Ia diminta menjabat sebagai Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) posisi sipil yang tetap berhubungan dengan integritas dan akuntabilitas.
Perpindahan dari dunia militer ke dunia birokrasi sipil membuktikan bahwa Umar bukan hanya ahli strategi perang, tetapi juga pemimpin yang mampu menata keuangan negara dengan bersih.
Dari sinilah reputasinya sebagai tokoh jujur dan berintegritas semakin dikenal, hingga akhirnya pada 1983, Soeharto mempercayainya menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia.
Warisan dari Seorang Prajurit
Umar Wirahadikusumah wafat pada 21 Maret 2003, dan dimakamkan secara militer di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Namun hingga kini, nilai-nilai kepemimpinannya tetap hidup di kalangan TNI.
Ia meninggalkan warisan besar: bahwa kekuatan sejati militer bukan pada senjata, melainkan pada disiplin dan moral.
Bagi banyak prajurit muda, nama Umar bukan sekadar catatan sejarah, tapi inspirasi tentang bagaimana menjadi pemimpin tanpa kehilangan hati nurani.
Artikel Terkait
Borong Kapal Fregat Canggih dari Italia, Indonesia Disebut Bakal Kuasai Militer Angkatan Laut ASEAN
Media Rusia Sebut Militer Indonesia Sangar dalam Jumlah Pasukan, Tapi 'Cupu' Kalau Bicara Hal Ini
Kenali Spesifikasi Drone FPV Milik Ukraina, Strategi Efektif Melawan Aset Militer Rusia