Sosok Umar Wirahadikusumah, Wapres yang Bersih dan Tegas

photo author
- Senin, 6 Oktober 2025 | 18:21 WIB
Umar Wirahadikusumah saat menjabat Wakil Presiden Republik Indonesia periode 1983–1988. Dikenal jujur, sederhana, dan disiplin di tengah arus kekuasaan era Orde Baru. (Foto/ Wikipedia)
Umar Wirahadikusumah saat menjabat Wakil Presiden Republik Indonesia periode 1983–1988. Dikenal jujur, sederhana, dan disiplin di tengah arus kekuasaan era Orde Baru. (Foto/ Wikipedia)

Baca Juga: Kisah Cinta Umar Wirahadikusumah & Karlinah, Setia Hingga Akhir Hayat

Ujian Integritas

Tidak semua masa jabatan Umar berjalan mulus.
Di akhir masa tugasnya, ia sempat dikritik karena terlalu “diam” menghadapi kebijakan kontroversial rezim.

Namun bagi banyak kalangan, sikap diam Umar bukan tanda pasrah melainkan bentuk kehati-hatian seorang pemimpin yang memilih jalan damai tanpa menimbulkan konflik terbuka dengan presiden.

Sejarawan Prof. Taufik Abdullah pernah menulis,

“Umar adalah tipe pejabat yang menjaga keseimbangan antara kesetiaan kepada presiden dan tanggung jawab moral kepada rakyat. Ia mungkin tidak populer, tetapi sangat dihormati.”

Selepas Jabatan: Kembali ke Kesederhanaan

Setelah masa jabatannya berakhir pada tahun 1988, Umar memilih mundur dari politik dan kembali ke kehidupan biasa.
Ia menolak tawaran berbagai posisi strategis, dengan alasan sudah cukup mengabdi.

Hari-harinya dihabiskan bersama keluarga dan kegiatan sosial.
Ia tetap rajin membaca koran setiap pagi, menulis catatan pribadi, dan sesekali memberi nasihat kepada tamu muda yang datang untuk belajar kepemimpinan.

Salah satu kalimat yang sering ia ucapkan:

“Pemimpin sejati adalah mereka yang berani menolak fasilitas yang tidak perlu.”

Kalimat itu kini terukir di batu nisan makamnya di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, tempat ia dimakamkan pada 21 Maret 2003.

Warisan Keteladanan

Lebih dari dua dekade sejak kepergiannya, nama Umar Wirahadikusumah tetap harum.
Bagi banyak generasi ASN dan TNI, ia adalah simbol integritas, kesederhanaan, dan ketegasan moral.

Di era digital yang penuh godaan materi dan pencitraan, nilai-nilai Umar terasa semakin relevan.
Ia menunjukkan bahwa seorang pejabat tidak harus keras untuk dihormati, dan tidak perlu kaya untuk berwibawa.
Yang dibutuhkan hanyalah kejujuran yang konsisten.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Faizal khoirul imam

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Elegan di Tengah Isu: Citra Publik Raisa Tetap Kuat

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:28 WIB

Fenomena Netizen: Mengapa Publik Begitu Ingin Tahu?

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:21 WIB

Rahasia Kekuatan Hubungan Raisa dan Hamish Daud

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:09 WIB

Tekanan di Balik Popularitas: Kisah Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:58 WIB

Hapus Foto, Viral Seketika: Fenomena Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:42 WIB

Rumor Cerai: Raisa Menggugat Suami Setelah 8 Tahun

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:07 WIB

Terpopuler

X