Baca Juga: Akses Jurnalis CNN Dicabut: Cermin Rapuhnya Demokrasi Kita?
Tekanan dari Internasional
Respon dunia internasional memperparah sorotan. Organisasi seperti Reporters Without Borders (RSF) menempatkan Indonesia di ranking ke-108 indeks kebebasan pers 2024. Kasus terbaru ini bisa membuat peringkat makin merosot.
Bagi investor asing, iklim demokrasi yang sehat sering jadi salah satu parameter kepercayaan. Maka, insiden ini berpotensi menimbulkan efek ekonomi tidak langsung.
Analisis Akar Masalah
Jika ditarik lebih jauh, pencabutan akses bukan hanya persoalan individu. Ada tiga akar masalah yang bisa dicatat:
- Kultur kekuasaan yang belum sepenuhnya terbuka.
- Pengelolaan komunikasi publik yang masih birokratis.
- Kecenderungan meredam kritik daripada menjawab substansi.
Kasus ini bisa menjadi momentum untuk memperbaiki pola komunikasi pemerintah. Alih-alih membatasi wartawan, transparansi dan akuntabilitas harus dikuatkan.
Masyarakat berharap pemerintah mengingat amanat Pasal 28F UUD 1945: “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi...”
Kebebasan pers adalah indikator utama demokrasi. Jika pemerintah gagal menjaga ruang ini, maka demokrasi Indonesia bisa dianggap mundur. Kasus jurnalis CNN di Istana seharusnya menjadi peringatan agar kekuasaan lebih menghargai peran media.
Artikel Terkait
PSSI resmi pecat Shin Tae-yong, Erick Thohir bocorkan pelatih baru saat konferensi pers 12 Januari 2025
Lisa Mariana gelar konferensi pers, beberkan masih ting ting saat berhubungan dengan Ridwan Kamil
Kontroversi Paula Verhoeven hingga kuasa hukum layangkan protes ke dewan pers terkait rekaman medis
Wina Armada Sukardi, Tokoh Pers dan Mantan Anggota Dewan Pers, Wafat di Usia 65 Tahun
Akses Istana untuk Reporter CNN Dicabut, Publik Ramai Suarakan Kebebasan Pers