Demo Aliansi Perempuan Indonesia 3 September, Berikut Ini 4 Tuntutan Utama

photo author
- Rabu, 3 September 2025 | 11:57 WIB
Massa aksi Aliansi Perempuan Indonesia berpakaian pink dan hitam, membawa sapu lidi sebagai simbol perlawanan di depan Gedung DPR, 3 September 2025. (Pixabay)
Massa aksi Aliansi Perempuan Indonesia berpakaian pink dan hitam, membawa sapu lidi sebagai simbol perlawanan di depan Gedung DPR, 3 September 2025. (Pixabay)

“Kami turun ke jalan bukan karena ingin membuat gaduh, tetapi karena ingin suara kami didengar. Kekerasan negara harus dihentikan, karena rakyat hanya ingin hidup adil dan sejahtera.”

Seorang aktivis perempuan lain menambahkan bahwa simbol sapu lidi juga bermakna gotong royong.

“Satu lidi mudah dipatahkan, tapi jika bersatu, sapu lidi bisa membersihkan penjahat demokrasi,” ujarnya.

Respon dan Dampak

Hingga siang hari, polisi tampak mengawal aksi dengan ketat. Beberapa ruas jalan di sekitar DPR mengalami kepadatan lalu lintas, dan pengguna jalan dialihkan ke jalur alternatif.

Baca Juga: Kisah Transformasi Warna Feminin menjadi Simbol Perlawanan 'Brave Pink'

Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Dr. Andika Prasetyo, menyebut aksi ini sebagai bentuk ekspresi rakyat yang sah.

“Aksi perempuan ini menarik karena menggabungkan simbol-simbol sederhana dengan pesan politik yang kuat. Mereka tidak hanya menyoroti isu gender, tapi juga problem struktural dalam demokrasi kita,”jelasnya.

Aksi ini bukan kali pertama suara perempuan mengisi jalanan ibu kota. Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok perempuan sering menjadi garda depan dalam menyuarakan isu HAM, keadilan sosial, hingga kritik terhadap kebijakan pemerintah.

Menurut data Komnas Perempuan, kasus kekerasan berbasis gender masih tinggi di Indonesia, sementara pelanggaran HAM terhadap aktivis dan masyarakat sipil juga menjadi perhatian. Tuntutan yang dibawa hari ini, dengan demikian, mencerminkan kegelisahan yang lebih luas.

Aksi “Perempuan Melawan Kekerasan Negara” hari ini menegaskan kembali bahwa demokrasi hanya bisa hidup bila rakyat diberi ruang untuk bersuara. Empat tuntutan yang disampaikan bukan sekadar kritik, tetapi juga ajakan untuk bersama-sama membangun negara yang lebih adil.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rosa Nilasari

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Elegan di Tengah Isu: Citra Publik Raisa Tetap Kuat

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:28 WIB

Fenomena Netizen: Mengapa Publik Begitu Ingin Tahu?

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:21 WIB

Rahasia Kekuatan Hubungan Raisa dan Hamish Daud

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:09 WIB

Tekanan di Balik Popularitas: Kisah Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:58 WIB

Hapus Foto, Viral Seketika: Fenomena Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:42 WIB

Rumor Cerai: Raisa Menggugat Suami Setelah 8 Tahun

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:07 WIB

Terpopuler

X