"Waktu itu, orang tua siswi tersebut datang dan memberitahu bahwa anaknya hamil. Karena itu, kami memutuskan untuk menjalankan program ini agar para siswi terhindar dari pergaulan bebas," ungkap Sarman pada Rabu (22/1/2025).
Kendati demikian, kebijakan ini tetap menuai pro dan kontra. Beberapa pihak menilai bahwa edukasi kesehatan reproduksi jauh lebih penting daripada langkah represif seperti tes kehamilan massal.
Hal ini diharapkan mampu memberikan pemahaman yang lebih baik kepada para remaja mengenai dampak dari pergaulan bebas dan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi.
Artikel Terkait
Pencarian dan evakuasi korban longsor di Desa Petungkriyono, Pekalongan 19 orang tewas, 7 belum ditemukan
Bencana tanah longsor terjang sembilan desa di Kecamatan Petungkriyono, Pekalongan
Kontroversi di Puskesmas Kelobak Bengkulu pasien digigit anjing malah disuruh gigit balik
Kanit Pidum Polres Kepahiang klarifikasi terkait kasus laporan gigitan anjing yang melibatkan petugas medis berakhir damai
Tren "hubungan standar TikTok" kembali viral antara romantisme dan ekspektasi sosial