Males ribet Raffi Ahmad memilih mundur dari proyek resort dan beach club di Gunungkidul

BOGORINSIDER.com --Raffi Ahmad, seorang selebriti terkenal di Indonesia, akhirnya memberikan pernyataan resmi terkait rencana bisnisnya yang kontroversial, yaitu pembangunan resort dan beach club di kawasan Gunungkidul, Yogyakarta.

Pernyataan tersebut disampaikan melalui sebuah video yang diunggah di akun Instagram pribadinya @raffinagita1717, diambil ketika ia berada di Makkah.

Dalam pernyataannya, Raffi Ahmad mengakui bahwa rencana proyek tersebut tidak sepenuhnya mendapatkan dukungan dari masyarakat dan pihak-pihak tertentu.

Ia menyampaikan pengertian terhadap kekhawatiran yang telah disuarakan masyarakat terkait dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan oleh proyek tersebut, yang dinilai belum sejalan dengan peraturan yang berlaku.

Baca Juga: Dampak mengerikan jika proyek beach club Raffi Ahmad dilanjutkan di Gunungkidul

Raffi Ahmad menyatakan rasa hormatnya terhadap permintaan masyarakat dan aktivis lingkungan untuk menghentikan proyek tersebut demi menjaga kelestarian lingkungan.

Sebagai respons atas hal tersebut, ia memutuskan untuk menarik diri dari keterlibatan dalam proyek tersebut.

Baginya, segala aktivitas bisnisnya harus berada dalam kerangka peraturan yang berlaku di Indonesia, serta memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat.

Selain itu, Raffi Ahmad menegaskan keinginannya bahwa setiap bisnis yang ia jalankan haruslah memberikan manfaat yang positif bagi banyak orang dan tidak merusak lingkungan.

Namun, jika ternyata rencana tersebut berpotensi merugikan, ia tidak akan ragu untuk membatalkannya.

Baca Juga: Dapat Dukungan Pensiunan Guru Se-Bogor Timur, Dokter Rayendra Makin Optimis Maju di Piwalkot 2024

Raffi Ahmad juga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat dan pihak-pihak yang telah mengingatkannya akan dampak negatif dari proyek resort dan beach club yang direncanakannya.

Sebelumnya, rencana proyek ini telah menuai protes dari berbagai pihak karena dikhawatirkan akan merusak lingkungan.

Bahkan, sebuah petisi menolak proyek tersebut telah muncul di platform Change.org dan telah ditandatangani oleh lebih dari 50.000 orang.