BOGORINSIDER.com - Di era serba instan ini, makan bukan lagi soal duduk rapi di meja makan bersama keluarga. Banyak orang, terutama generasi muda, mulai terbiasa makan sambil rebahan. Entah karena malas pindah posisi dari tempat tidur, terlalu lelah, atau sekadar ingin menikmati camilan sembari nonton serial favorit.
Sekilas, tidak ada yang salah. Rasanya nyaman, bahkan menyenangkan. Tapi, di balik kenyamanan itu, kebiasaan makan sambil rebahan ternyata menyimpan risiko serius bagi kesehatan, khususnya sistem pencernaan.
Nyaman di Awal, Bahaya di Belakang
Kebiasaan ini memang terasa seperti “guilty pleasure” enak tapi diam-diam merusak. Saat tubuh berada dalam posisi berbaring, proses pencernaan tidak bekerja optimal. Makanan yang seharusnya turun dengan bantuan gravitasi ke lambung dan usus menjadi terhambat.
Akibatnya? Kamu mungkin merasa:
- Perut begah
- Kembung
- Susah buang air besar
- Atau bahkan lebih buruk: asam lambung naik hingga ke tenggorokan (GERD)
Kenapa Posisi Tubuh Penting Saat Makan?
Dalam posisi duduk tegak, tubuh memanfaatkan gravitasi untuk membantu makanan bergerak ke sistem pencernaan bawah. Selain itu, duduk juga memicu kerja otot-otot pencernaan agar lebih efisien. Tapi saat kamu makan sambil berbaring:
- Makanan bisa lebih lama dicerna
- Asam lambung lebih mudah naik ke kerongkongan
- Risiko tersedak meningkat karena jalur makanan dan napas lebih rentan terganggu
Bayangkan jika itu terjadi setiap hari. Apa yang kamu anggap “kenyamanan” bisa menjadi penyebab munculnya masalah kesehatan kronis di masa depan.
Gaya Hidup Modern vs. Kesehatan Tradisional
Budaya rebahan yang kini jadi tren populer di media sosial, sebenarnya jauh dari prinsip dasar gaya hidup sehat. Dulu, orang diajarkan untuk duduk tenang saat makan dan tidak langsung tidur setelahnya. Tapi kini, batas antara makan, tidur, dan rebahan jadi kabur.
Artikel Terkait
5 Cara Praktis Menanam Durian Montong
Pakai Kipas Seharian Bisa Menyebabkan Masuk Angin