Revolusi AI di Dunia Farmasi: Dari Penemuan Obat Lebih Cepat hingga Harapan Baru bagi Pasien

photo author
- Rabu, 17 September 2025 | 20:25 WIB
Ilustrasi - obat farmasi
Ilustrasi - obat farmasi

 

 

Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) kini semakin banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi. Tak hanya mempercepat proses riset obat, teknologi ini juga diyakini mampu memangkas biaya besar yang selama ini menjadi hambatan utama dalam pengembangan terapi baru.

Latar Belakang: Riset Obat yang Rumit dan Mahal

Selama puluhan tahun, penemuan obat identik dengan proses panjang dan berisiko tinggi. Dari tahap penelitian molekul, uji praklinis pada hewan, hingga serangkaian uji klinis pada manusia, bisa memakan waktu 10–15 tahun. Biaya yang dikeluarkan pun fantastis mencapai ratusan miliar hingga triliunan rupiah dengan kemungkinan gagal yang cukup tinggi.

Tak heran, banyak perusahaan farmasi kecil kesulitan menembus industri ini, sementara pasien dengan penyakit langka harus menunggu lama hingga obat yang mereka butuhkan tersedia.

 

AI Hadir sebagai Game Changer

Kemunculan AI mengubah cara kerja riset farmasi. Dengan kemampuan menganalisis miliaran data biologis dalam hitungan menit, para peneliti kini bisa:

  • Memetakan interaksi molekul lebih akurat tanpa harus mengandalkan eksperimen berulang.
  •  Memperkirakan efektivitas obat sejak dini, sehingga risiko kegagalan di tahap uji klinis bisa ditekan.
  •  Menemukan peluang terapi baru bahkan untuk penyakit yang selama ini dianggap sulit diobati.

 

Salah satu terobosan yang menarik perhatian adalah teknologi Multiomics Advanced Technology™ (MAT) dari GATC Health, yang menggunakan AI untuk menganalisis data genetik, molekuler, hingga fisiologis. Hasilnya, proses penemuan obat yang biasanya memakan waktu lebih dari satu dekade bisa dipangkas menjadi sekitar dua tahun dengan tingkat akurasi prediksi mencapai 90 persen.

 

Dampak bagi Industri dan Pasien

Biaya lebih efisien – Perusahaan farmasi bisa menghemat investasi miliaran rupiah karena waktu riset lebih singkat.

Akses lebih merata – Negara berkembang berpeluang mendapat obat inovatif lebih cepat tanpa harga yang terlalu mahal.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Nia Amanah

Sumber: tvOne news

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kenapa Sering Laper Tengah Malam?

Rabu, 17 September 2025 | 21:20 WIB

Cedera Mata Akibat Padel Risiko paling Diremehkan

Rabu, 17 September 2025 | 21:13 WIB

Ganti 4 Minuman ini Agar Ginjal Tetap Sehat

Rabu, 17 September 2025 | 20:53 WIB

Waspada, Tiba-tiba Memar tanpa Benturan

Rabu, 17 September 2025 | 20:46 WIB

Perlukah Rambut Dicukur Habis? Ini Penjelasan Dokter !

Rabu, 17 September 2025 | 20:36 WIB

Rambut Rontok dan Kering Atasi dari Rumah

Selasa, 16 September 2025 | 20:50 WIB

Khasiat Jahe Merah dan Lemon untuk Tubuh

Selasa, 16 September 2025 | 20:37 WIB

Terpopuler

X