BOGORINSIDER.com - Susu pertumbuhan telah lama menjadi bagian dari pola konsumsi anak-anak di Indonesia. Dengan klaim mampu mendukung tinggi badan, kecerdasan, hingga imunitas anak, produk ini begitu populer di kalangan orang tua.
Namun belakangan, muncul perdebatan dan bahkan larangan di sejumlah negara terhadap produk susu pertumbuhan, memicu pertanyaan besar: mengapa susu pertumbuhan mulai dilarang, dan apa dampaknya bagi anak-anak?
Larangan terhadap susu pertumbuhan bukan tanpa alasan. Sejumlah ahli gizi dan lembaga kesehatan, termasuk Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF, menyuarakan kekhawatiran bahwa susu pertumbuhan seringkali mengandung gula tambahan yang tinggi.
Kandungan gula yang berlebihan ini dapat meningkatkan risiko obesitas, diabetes tipe 2, serta kerusakan gigi pada anak-anak.
Bahkan dalam jangka panjang, konsumsi rutin susu tinggi gula bisa memengaruhi preferensi rasa anak, membuat mereka terbiasa dengan makanan dan minuman manis.
Selain kandungan gula, aspek pemasaran produk juga menjadi sorotan. Susu pertumbuhan sering kali dipromosikan dengan pendekatan emosional dan diklaim seolah-olah menjadi kebutuhan pokok bagi tumbuh kembang anak.
Padahal, menurut pedoman WHO, anak-anak berusia 1 tahun ke atas sudah bisa memperoleh gizi yang cukup dari makanan keluarga yang seimbang, tanpa harus bergantung pada produk susu pertumbuhan komersial.
Organisasi kesehatan juga menekankan bahwa susu pertumbuhan bukanlah kategori gizi esensial. Dalam banyak kasus, produk ini lebih menguntungkan industri dibandingkan memberi manfaat kesehatan yang signifikan bagi anak.
Di beberapa negara seperti India dan Sri Lanka, pemerintah mulai mengatur bahkan melarang iklan susu pertumbuhan untuk mencegah kesalahpahaman di masyarakat.
Namun, ini bukan berarti semua jenis susu harus dihindari. Susu segar atau susu murni tanpa tambahan gula tetap dianggap baik untuk anak, asalkan dikonsumsi sesuai kebutuhan dan tidak menggantikan makanan pokok.
Yang menjadi perhatian utama adalah produk dengan embel-embel “pertumbuhan” yang biasanya diperkaya berbagai zat tambahan peakmag, rasa, dan gula tinggi.
Bagi para orang tua, penting untuk lebih kritis dalam memilih produk untuk anak. Membaca label gizi, memperhatikan kandungan gula, serta tidak terpengaruh janji-janji iklan adalah langkah awal yang bijak.
Nutrisi terbaik tetap berasal dari makanan alami yang beragam, seperti sayur, buah, protein, karbohidrat kompleks, dan lemak sehat.
Larangan terhadap susu pertumbuhan bukanlah bentuk pelarangan susu secara umum, melainkan ajakan untuk lebih cermat dan sadar akan pola konsumsi anak.
Artikel Terkait
Respon Disnakkeswan Jawa Tengah usai aksi mandi susu para peternak sapi perah di Boyolali
Aksi peternak susu membuang susu segar bukan hanya di Boyolali namun juga di Pasuruan Jawa Timur
Aksi mandi dengan susu segar para peternak sapi perah protes tidak menyetujui kebijakan impor
Gibran Menyapa Warga Makassar, Bagikan Buku Tulis dan Susu untuk Anak-Anak
BSILHK Ajak Ratusan Siswa Belajar tentang Industri Susu, Lingkungan, dan Konservasi Air