Trem Tempo Doeloe
Di Indonesia, sebelum trem listrik di Batavia, muncul trem kuda pada tahun 1869. Trem tenaga kuda ini bisa mengangkut sekitar 40 penumpang.
Di dalam sebuah buku tua yang ditulis pada tahun 1927 oleh J.J. de Vries berjudul Jaarboek van Batavia en Omstreken Batavia, dijelaskan trem Batavia saat itu berupa sebuah kereta bentuknya memanjang dan berjalan di atas rel.
Trem ini menggunakan sekitar empat ekor kuda dan kuda-kuda tersebut akan diganti jika sudah menempuh jarak tertentu. Rel trem kuda yang membelah sebagian kota Batavia itu merupakan celah besi yang persis dapat dimasuki oleh roda dari gerbong.
Trem kuda ini berangkat dari pangkalan di Kota Intan, punya semacam stasiun di Harmoni. Dari sini rel bercabang dua, yang satu ke arah Tanah Abang dan yang lainnya menuju Jatinegara melalui Pintu Air, Pasar Baru, Lapangan Banteng, Pasar Senen, Kramat dan berakhir di pangkalan Jatinegara.
Baca Juga: Kisah Kereta Hantu Gemparkan Jabodetabek Tahun 2003, KRL Bogor-Jakarta Jalan Sendiri Tanpa Masinis
Ongkos naik trem kuda itu dari Kota Intan ke Kramat adalah 10 sen. 1 sen buntu zaman Belanda adalah sekitar Rp13 ribu. Tarip yang sama juga dikenakan untuk trayek dari Kramat ke Jatinegara, dari Kota Intan ke Tanah Abang lewat Harmoni.
Konon kuda penarik trem itu didatangkan dari Sumba, Sumbawa, Timor, Tapanuli, Priangan dan Makassar. Untuk klaksonnya, si kusir meniup trompet.
Berdasarkan catatan yang ada, sedikitnya ada 545 kuda mati akibat kelelahan pada 1872.
Karena itulah trem kuda digantikan trem uap pada 1881 yang menggunakan tungku uap untuk membakar batu bara.
Baru tanggal 10 April 1899 trem listrik mulai beroperasi di Batavia yang kini dikenal sebagai Jakarta.
Saat itu merupakan kendaraan yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat.
Selain Batavia, perkembangan jalur trem juga terjadi di Surabaya yang dikelola oleh Ooster Java Stoomtram Maatschappij (OJS).
Baca Juga: Jalan Kapten Muslihat jadi wisata macet sejak Alun-alun Kota Bogor dibuka normal
Pada tahun 1889, jalur trem di Surabaya dimulai dari Ujung - Sepanjang - Mojokerto - Ngoro - Gemekan - Dinoyo. Jalur trem di Surabaya terus mengalami perkembangan antara tahun 1913 dan 1916.
Lalu mengapa di masa kolonial tidak dibangun trem di Bogor atau Buitenzorg?
Artikel Terkait
Menelusuri Jejak Sejarah di Beberapa Museum Menarik di Kota Bandung
Komitmen Nyata untuk UMKM dan Budaya, BRI Ikut Dukung Istana Berbatik
Wisata Sejarah di Yogyakarta, Menjelajahi Museum yang Menarik dan Menambah Pengalaman
Sejarah Sampai Fasilitas Rumah Sakit Edelweiss Cianjur, Pusat Pelayanan Kesehatan Berkualitas di Puncak Jabar
Gelar Festival Budaya, Warga NTT di Kota Bogor Dorong Persatuan, Nyanyian, Tarian Hingga Wisata Kuliner
Gua Belanda Bandung, Menyelami Wisata Sejarah dan Keindahan Alam yang Memukau