spill-news

Utang Raksasa Whoosh, Cermin Tata Kelola BUMN

Selasa, 14 Oktober 2025 | 00:43 WIB
“Proyek Kereta Cepat Whoosh kini bukan hanya simbol kemajuan teknologi, tapi juga pelajaran besar soal disiplin fiskal dan manajemen risiko BUMN.” (Foto/ Instagram @keretacepat_id)

BOGORINSIDER.com – Kisah Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh) tak sekadar tentang transportasi supercepat.
Di balik megahnya proyek ini, tersimpan pelajaran berharga tentang batas antara ambisi pembangunan dan kewajaran finansial.

Pernyataan tegas Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa menolak penggunaan APBN untuk membayar utang Rp116 triliun membuka ruang refleksi baru:
Apakah BUMN kita sudah cukup disiplin dalam berinvestasi?

Proyek Besar, Risiko Besar

Proyek Whoosh adalah simbol kemajuan, tapi juga cermin risiko yang nyata.
Dengan model business to business (B2B), konsorsium BUMN dituntut mandiri secara finansial. Namun, pembengkakan biaya hingga puluhan triliun membuktikan bahwa optimisme tanpa mitigasi bisa berbahaya.

Ekonom senior Chatib Basri pernah mengingatkan,

“BUMN bukan mesin keajaiban. Mereka entitas bisnis yang tetap bisa gagal jika analisis risikonya lemah.”

Pelajaran ini kembali relevan. BUMN tidak bisa hanya mengejar proyek prestisius tanpa memperhitungkan beban jangka panjang terhadap keuangan negara.

Ketika Ambisi Melampaui Kalkulasi

Dalam laporan audit internal 2024, KCIC mencatat beberapa penyebab utama pembengkakan biaya: perubahan trase, kenaikan harga logistik, dan tambahan infrastruktur noninti seperti peron dan sistem sinyal baru.
Masalahnya, sebagian keputusan itu diambil tanpa penyesuaian analisis finansial yang memadai.

Kondisi ini menunjukkan kurangnya governance check di level proyek BUMN.
“Sering kali proyek dikejar target politik, bukan target ekonomi,” ujar analis kebijakan publik Devie Rahmawati kepada BOGORINSIDER.com.

Baca Juga: Utang Membengkak Rp116T, Begini Kronologi Proyek Whoosh

BUMN Bukan ATM Negara

Langkah Purbaya menolak APBN untuk menalangi utang Whoosh menjadi sinyal penting: BUMN bukan lagi ATM negara.
Sikap tegas ini sejalan dengan prinsip corporate governance modern yang menuntut transparansi, akuntabilitas, dan pemisahan yang tegas antara peran negara dan korporasi.

“Kalau setiap proyek BUMN yang gagal ditalangi APBN, kita tidak akan pernah punya BUMN yang efisien,” kata Eko Listiyanto, pengamat fiskal dari INDEF.

Halaman:

Tags

Terkini

Elegan di Tengah Isu: Citra Publik Raisa Tetap Kuat

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:28 WIB

Fenomena Netizen: Mengapa Publik Begitu Ingin Tahu?

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:21 WIB

Rahasia Kekuatan Hubungan Raisa dan Hamish Daud

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:09 WIB

Tekanan di Balik Popularitas: Kisah Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:58 WIB

Hapus Foto, Viral Seketika: Fenomena Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:42 WIB

Rumor Cerai: Raisa Menggugat Suami Setelah 8 Tahun

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:07 WIB