BOGORINSIDER.com – Di balik laju cepat Whoosh, kereta peluru pertama di Asia Tenggara, tersimpan cerita panjang tentang ambisi, investasi, dan utang besar.
Dari awal perencanaan hingga kini, proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCIC) telah berubah dari simbol prestise menjadi ujian manajemen keuangan BUMN.
SEWAKTU.id menelusuri jejak utang proyek ini bagaimana pembiayaan disusun, apa yang membuatnya membengkak, dan siapa yang kini memikul bebannya.
2015: Awal Ambisi dan Penandatanganan Proyek
Segalanya dimulai pada Oktober 2015, ketika Indonesia resmi menandatangani kerja sama dengan Tiongkok untuk membangun kereta cepat sepanjang 142,3 km yang menghubungkan Jakarta dan Bandung.
Konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dibentuk dengan komposisi:
- PT KAI (60%)
- Wijaya Karya (WIKA)
- PTPN VIII
- KAI Infrastruktur
dan mitra asing China Railway International Co. Ltd.
Skema pembiayaan disusun tanpa jaminan APBN seluruhnya melalui pinjaman komersial dari China Development Bank (CDB) dan modal BUMN Indonesia.
Baca Juga: Istana Dukung Purbaya Tolak Talangan APBN
2016–2019: Pembangunan & Awal Masalah
Pembangunan dimulai pada 2016, tapi segera terkendala pembebasan lahan dan kenaikan biaya konstruksi.
Nilai investasi yang semula diperkirakan sekitar US$ 5,5 miliar (sekitar Rp80 triliun) naik karena revisi trase, inflasi material, serta biaya lingkungan.
“Waktu itu, pemerintah sudah menegaskan proyek ini purely business to business (B2B). Tapi hambatan di lapangan membuat perhitungan awal berubah drastis,” ujar seorang mantan pejabat Kementerian BUMN yang terlibat sejak awal proyek, kepada BOGORINSIDER.com
2020–2022: Pandemi dan Cost Overrun
Pandemi COVID-19 memperparah kondisi keuangan KCIC. Pekerjaan konstruksi tertunda, harga baja dan logistik melonjak, sementara pinjaman CDB tetap berjalan dengan bunga komersial sekitar 2–3% per tahun.
Kementerian BUMN mencatat, cost overrun mencapai lebih dari US$ 1,2 miliar (sekitar Rp20 triliun).
Direktur Utama KCIC saat itu, Dwiyana Slamet Riyadi, sempat menjelaskan bahwa pembengkakan biaya disebabkan “penyesuaian desain dan peningkatan standar keselamatan”.
Namun, data internal menunjukkan lebih dari 30% kenaikan berasal dari biaya tambahan teknis dan pengadaan luar negeri.
2023: Whoosh Resmi Meluncur