BOGORINSIDER.com --“Kadang, rumah tempat kita tumbuh tidak selalu punya satu warna keyakinan. Tapi cinta, seharusnya tetap jadi warnanya yang paling kuat.”
Sejak kecil, Shandy Aulia sudah belajar arti perpisahan dan perbedaan. Lahir dari ayah dan ibu yang memeluk keyakinan berbeda, hidupnya berubah sejak usia balita.
Rumah yang dulu hangat tiba-tiba terbelah dua arah tiga kakaknya ikut sang ayah, sementara Shandy kecil ikut sang ibu.
Baca Juga: Nikmatnya Wisata Kuliner Hidden Gem Seafood Pedas Manis Warung Belakang Pasar Bogor Lama
Di usia yang bahkan belum cukup mengerti arti keyakinan, ia sudah harus memahami arti jarak dan kehilangan suasana rumah yang utuh.
Namun, di balik itu, ada keteguhan seorang ibu yang menuntun dengan kasih dan seorang ayah yang tetap mencintai meski berbeda jalan spiritual.
Waktu berjalan. Di usia 17 tahun, Shandy mantap memilih keyakinan yang sama dengan ibunya, Kristen. Keputusan itu bukan tanpa air mata.
Sang ayah, Kemas Yusuf Effendy, dalam podcast YouTube Shandy, mengakui masih berat hati.
Baca Juga: Menyeruput Kopi, dengan Pemandangan Awan, Surga Tersembunyi Hidden Gem di Gunung Geulis
“Sebenarnya hati kecil papa masih berat,” katanya lirih. Namun kalimat berikutnya membuat banyak hati luluh, “Tapi papa tetap doakan kamu, semoga dapat hidayah.”
Kata-kata itu bukan cermin pertentangan, melainkan cinta yang tetap berwujud doa. Shandy mendengarkan dengan mata berkaca, menyadari bahwa kasih orangtua tak akan hilang hanya karena perbedaan arah ibadah.
Kemas Yusuf mengenang pula masa pernikahannya ketika sang istri sempat mengikuti keyakinannya sebelum akhirnya kembali ke agama semula.
Ia sempat berusaha mempertahankan rumah tangga, namun keputusan berpisah menjadi jalan terbaik setelah perjuangan panjang lebih dari setahun.
Kini, Shandy dewasa menunjukkan wajah toleransi sejati tetap menghormati ayah dan kakak-kakaknya, menjalani kehidupan berbeda tapi penuh cinta.