BOGORINSIDER.com – Setiap kali kasus narkoba melibatkan seorang artis, publik terkejut tapi juga tak lagi heran.
Kasus terbaru Ammar Zoni hanya satu dari sekian banyak kisah serupa di dunia hiburan Indonesia. Dari tahun ke tahun, selebritas datang dan pergi, namun pola kejatuhan akibat narkoba terus berulang.
Mengapa begitu banyak artis yang akhirnya terjerat dalam lingkaran hitam ini?
Tekanan Popularitas yang Tak Terlihat
Di balik sorotan kamera, hidup seorang artis dipenuhi tekanan besar: ekspektasi publik, tuntutan untuk selalu sempurna, dan ketakutan kehilangan popularitas.
Psikolog klinis Ratna Syafrida, M.Psi menjelaskan, banyak artis mengalami “celebrity stress syndrome” kondisi di mana mereka kehilangan keseimbangan antara identitas pribadi dan peran publik.
“Saat orang kehilangan ruang pribadi, mereka mencari pelarian cepat. Narkoba sering jadi jalan pintas semu untuk meredakan tekanan,” ujarnya kepada Bogorinsider.com.
Kasus Ammar Zoni menggambarkan hal ini dengan jelas. Setelah puncak karier dan sorotan besar pada 2019, ia mulai kehilangan arah dan dukungan sosial yang sehat.
Lingkungan yang Rentan & Akses yang Mudah
Industri hiburan adalah dunia yang padat koneksi. Pertemanan, pesta, hingga pekerjaan sering bercampur dalam ruang sosial yang sama.
Menurut laporan Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2024, akses narkoba di kalangan pekerja seni 3 kali lebih tinggi dibanding populasi umum.
Banyak artis yang awalnya hanya ingin “mencoba” untuk tampil rileks di lokasi syuting atau menjaga stamina. Namun, rasa ingin tahu berubah menjadi kebiasaan, lalu ketergantungan.
Baca Juga: Irish Bella Fokus ke Anak, Tak Lagi Menoleh ke Masa Lalu Bersama Ammar Zoni
Kurangnya Dukungan Mental dan Rehabilitasi Sejati
Beberapa artis yang tertangkap kerap menjalani rehabilitasi singkat namun tanpa pendampingan psikologis yang berkelanjutan.
Kasus Raffi Ahmad (2013), Jennifer Dunn (2017), hingga Ammar Zoni (2017, 2019, 2023, 2025) menunjukkan pola yang sama: rehabilitasi tanpa transformasi.
Menurut data Kemenkes, hanya 37% pasien rehabilitasi narkoba di Indonesia yang benar-benar menjalani program lanjutan psikososial.
Sisanya kembali ke lingkungan lama yang berarti, kembali ke risiko lama.
Baca Juga: Viral Foto Nikah Ammar Zoni: Fakta di Balik Hoaks AI Editing