BOGORINSIDER.com – Dalam era digital yang serba cepat dan penuh ekspektasi, kisah pernikahan Meyden dan Hengky (Kyy) datang seperti hembusan udara segar.
Tanpa pesta megah, tanpa sorotan kamera berlebihan, mereka justru memilih kesederhanaan dan itulah yang membuatnya terasa istimewa.
Di balik segala hiruk pikuk media sosial, kisah dua anak muda ini menyimpan pesan penting: bahwa cinta dan komitmen masih punya ruang di tengah dunia yang sibuk mencari validasi.
Generasi yang Tak Takut Berkomitmen
Banyak yang menilai generasi Z takut dengan kata komitmen.
Tapi Meyden dan Kyy justru membuktikan sebaliknya. Mereka berani mengambil langkah besar bukan karena desakan, tapi karena keyakinan dan kesadaran bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari penundaan.
Mereka memilih menikah di usia muda bukan karena tren, tapi karena siap memikul tanggung jawab bersama.
Bagi sebagian orang, itu mungkin langkah berani. Tapi bagi mereka, justru itulah bentuk kedewasaan yang sebenarnya.
“Kami nggak cari momen sempurna, kami pengin momen yang nyata,” ucap Meyden dalam vlog reflektifnya beberapa hari setelah pernikahan.
Kalimat sederhana itu menggambarkan sikap khas generasi Z spontan, tapi penuh makna.
Antara Cinta dan Realitas
Di era digital, cinta seringkali tampak seperti konten. Tapi kisah Meyden dan Kyy mengingatkan kita bahwa cinta bukan untuk dipamerkan, melainkan dijalani.
Mereka tidak membuat countdown pernikahan, tidak mengundang sponsor, bahkan tidak menyiapkan pesta glamor.
Mereka hanya dua orang muda yang saling percaya, lalu berani berkata, “Kita jalan bareng aja, yuk.”
Dan dalam dunia yang penuh pencitraan, kesederhanaan seperti ini justru jadi bentuk perlawanan yang elegan.
Baca Juga: Heboh Meyden Nikah! Netizen: “Bukan Settingan, Ini Cinta Beneran”
Refleksi Sosial: Pergeseran Nilai di Era Digital
Fenomena pernikahan Meyden dan Kyy bukan sekadar kabar viral, tapi juga cermin pergeseran nilai sosial di kalangan anak muda.
Dulu, pernikahan identik dengan usia matang, kesiapan finansial, dan restu sosial yang panjang.
Sekarang, definisinya bergeser pernikahan dilihat sebagai perjalanan dua individu yang saling mendewasakan, bukan perlombaan siapa paling mapan.