Pengamat politik luar negeri dari Harvard University, Prof. David Anderson, menilai bahwa Prabowo berhasil memanfaatkan momentum untuk memperkenalkan dirinya sebagai pemimpin baru. “Gaya militeristiknya memberi kesan tegas, namun ia tetap membawa pesan perdamaian. Itu kombinasi yang menarik,” katanya.
Sementara itu, analis Asia dari CSIS Washington, Maria Gomez, menyoroti bahwa pidato tersebut bisa meningkatkan posisi Indonesia dalam perundingan internasional, terutama terkait isu iklim dan ketahanan pangan.
Reaksi internasional ini menandakan bahwa Indonesia kembali diperhitungkan di panggung global. Pujian, kritik, hingga analisis menunjukkan bahwa pidato Prabowo tidak sekadar lewat begitu saja, melainkan meninggalkan kesan mendalam.
Ke depan, respons positif ini harus diikuti dengan langkah konkret: kerja sama multilateral, partisipasi aktif dalam forum global, hingga diplomasi yang lebih agresif untuk memperjuangkan kepentingan nasional.
Pidato Prabowo di Sidang Umum PBB 2025 telah memantik percakapan internasional. Dari Trump hingga media Timur Tengah dan Israel, semua punya pandangan masing-masing.
Hal ini menandakan bahwa Indonesia kembali menempati posisi penting dalam percaturan global.
Bagi publik Indonesia, reaksi dunia ini menjadi bukti bahwa pemimpin mereka kini mendapat perhatian lebih luas. Pertanyaannya, mampukah Prabowo menjaga momentum ini untuk memperkuat peran Indonesia di kancah internasional?