BOGORINSIDER.com --Meski telah menyampaikan permintaan maaf secara terbuka, rumah Uya Kuya di kawasan Pondok Bambu, Jakarta Timur, kembali diserbu massa pada Minggu malam (31/8/2025).
Insiden ini menunjukkan bahwa kemarahan publik terhadap politisi sekaligus artis tersebut belum sepenuhnya mereda.
Gelombang Massa Pasca-Maaf
Menurut keterangan warga, kerumunan mulai berkumpul di depan rumah Uya Kuya sejak sore. Aparat kepolisian yang berjaga sempat berusaha membubarkan massa, namun sebagian berhasil menembus pagar hingga masuk ke halaman rumah.
“Walaupun sudah ada polisi, massa tetap memaksa masuk. Mereka teriak-teriak sambil membawa poster protes,” kata seorang tetangga yang enggan disebutkan namanya.
Baca Juga: Uya Kuya Minta Maaf, Akui Menyesal atas Kontroversi Joget Di Gedung MPR
Apartemen Ikut Jadi Sasaran
Tak hanya rumah pribadi, apartemen milik Uya Kuya yang berlokasi tidak jauh dari Pondok Bambu juga ikut diincar massa. Beberapa orang mencoba mendobrak pintu, namun berhasil dihalau petugas keamanan gedung.
Situasi baru berangsur tenang setelah aparat menambah personel dan memasang barikade tambahan di sekitar lokasi.
Respons Uya Kuya
Melalui unggahan terbaru di media sosial, Uya Kuya kembali menegaskan permintaan maafnya. Ia mengaku pasrah dan menyerahkan sepenuhnya kepada aparat keamanan.
Baca Juga: Penjarahan Rumah Uya Kuya Dampak Aksi Demo, 9 Pelaku Ditangkap Polisi
“Saya sudah memohon maaf kepada masyarakat. Saya mohon semua pihak menahan diri. Mari kita selesaikan masalah dengan cara damai,” tulisnya.
Sikap Partai Amanat Nasional
Partai Amanat Nasional (PAN) menegaskan bahwa mereka telah mengambil langkah tegas dengan menonaktifkan Uya Kuya dari DPR mulai 1 September 2025. Meski begitu, PAN juga menyayangkan aksi massa yang masih berlanjut.
“Kritik boleh, tapi jangan anarkis. Semua harus melalui jalur konstitusional,” kata Sekjen PAN dalam keterangan pers.
Analisis Publik
Pengamat sosial menilai bahwa meski Uya Kuya sudah meminta maaf, publik belum merasa puas. “Permintaan maaf dianggap tidak cukup. Masyarakat menuntut bentuk tanggung jawab yang lebih konkret,” ujar analis dari Universitas Indonesia.
Baca Juga: Takut Rumahnya Di Penjarahan, Eko Patrio Klarifikasi Aksi Joget ala DJ di DPR