BOGORINSIDER.com --Fenomena parkir liar di depan kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali menjadi sorotan setelah sebuah video viral di media sosial menunjukkan praktik pungutan liar (pungli) terhadap pengendara.
Dalam video yang diunggah oleh akun Instagram @bandungterkini, terlihat seorang juru parkir meminta bayaran tinggi kepada pengendara yang baru saja memarkir kendaraannya.
Dalam rekaman tersebut, si juru parkir terdengar mengatakan, “Langsung bayar pak, biasanya juga begitu. Ngapain saya bohong.”
Baca Juga: Viral! lagi-lagi terjadi pungli ketok harga parkir di depan ITB tuai kecaman warganet
Teks dalam video menyebutkan bahwa satu mobil dikenai tarif parkir sebesar Rp25 ribu, bahkan dalam beberapa kasus lebih dari itu.
Unggahan lain memperlihatkan seorang petugas parkir berseragam tengah mengatur kendaraan, namun wajahnya sengaja diburamkan.
Salah satu video memperlihatkan pengendara harus membayar dua kali oleh petugas yang berbeda saat hendak kembali mengambil kendaraannya.
"RIP parkir depan ITB, datang bayar 25K, pulang dijaga orang lain minta 20K lagi, gelo!" tulis pengunggah video.
Baca Juga: Kronologi putus cinta wanita di Cibinong rayakan ulang tahun ke-22 di kantor Damkar usai putus cinta
Tak hanya pengguna mobil, pemotor juga mengaku mengalami hal serupa. Salah satu netizen membagikan pengalaman saat memarkir motor di depan gerbang ITB sore hari dan ditagih dua kali oleh dua orang yang berbeda saat hendak pulang di malam hari.
Kasus ini mendapat banyak respons dari warganet, yang mempertanyakan ketegasan aparat dan pemerintah daerah dalam menindak praktik pungli di kawasan yang seharusnya tertib, mengingat letak ITB yang strategis di pusat kota dan dekat dengan instansi pemerintahan.
"Ini kota pungli dan premanisme," komentar akun @rezza_966. Sementara akun lain, @djoeragananom9, menyebut, "Pemda dan aparat hukumnya sekongkol."
Baca Juga: Patah hati di hari ulang tahun, gadis asal Bojonggede hubungi Damkar untuk rayakan hari lahirnya
Netizen lain juga menilai lemahnya tindakan pemerintah karena dianggap takut terhadap para preman. “Warga jadi korban dipalak terus. Mulai dari minimarket sampai tempat seperti ini,” kata @haflashopp.