BOGORINSIDER.com --Nama Priguna Anugerah Pratama belakangan ini menjadi sorotan publik dan viral di berbagai platform media sosial.
Ia disebut-sebut dalam kasus dugaan kekerasan seksual terhadap seorang pendamping pasien di sebuah rumah sakit pendidikan.
Priguna diketahui sebagai mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) bidang anestesi di Universitas Padjadjaran (Unpad).
Bukan hanya statusnya sebagai dokter residen yang menjadi perbincangan hangat, publik juga mulai menggali sisi personal dari sosok Priguna.
Baca Juga: Terungkap, Priguna Anugerah Pratama Dokter pelaku kejahatan seksual ternyata sudah menikah
Banyak yang penasaran mengenai kehidupan pribadinya, termasuk keberadaan sang istri dan akun media sosial miliknya yang masih aktif.
Kasus ini mencuat setelah akun Instagram @ppdsgramm membagikan tangkapan layar berisi laporan dugaan pemerkosaan oleh seorang dokter residen. Dalam unggahan tersebut, nama Priguna Anugerah Pratama secara eksplisit disebut sebagai pelaku.
Tak berselang lama, akun X (sebelumnya Twitter) @verodeelowy juga turut mempublikasikan informasi lengkap mengenai identitas Priguna, sehingga memperkuat kecurigaan publik.
Sejak itu, nama Priguna menjadi trending topic dan memicu kemarahan warganet, meskipun belum ada pernyataan resmi dari pihak yang bersangkutan.
Salah satu tokoh yang ikut bersuara adalah drg. Mirza Mangku Anom, seorang dokter gigi yang aktif menyampaikan edukasi di media sosial.
Baca Juga: Profil Priguna Anugerah Pratama Dokter cabul dipenjara karena kasus rudapaksa keluarga pasien
Melalui akun Instagram @drg.mirza, ia membagikan kronologi peristiwa tersebut, termasuk dugaan bahwa korban diberikan obat bius di ruang sepi sebelum mengalami tindakan kekerasan seksual. Hasil visum juga disebut menunjukkan adanya bekas sperma, yang memperkuat bukti terjadinya pelecehan.
Tak hanya itu, drg. Mirza turut membagikan percakapan pribadinya dengan pihak korban, memperlihatkan dampak psikologis yang mendalam akibat insiden ini.
Desakan agar kasus ini diselesaikan secara hukum dan akademik pun terus berdatangan. Banyak pihak menuntut Universitas Padjadjaran untuk mengambil langkah tegas dan transparan terhadap mahasiswa yang terlibat.