BOGORINSIDER.com - Jakarta, Jumat siang. Termometer di ponsel menunjukkan 36 °C, tapi yang dirasakan jauh lebih panas.
Di kolong flyover Pasar Rumput, Ardi (32), pengemudi ojek online, memarkir motornya sejenak. “Kepala udah panas banget, Mas. Kayak disinari kompor,” ujarnya sambil menyeka keringat.
Ia baru mengantar lima penumpang, tapi bajunya sudah basah kuyup.
Fenomena cuaca panas ekstrem kali ini tak hanya menguji daya tahan tubuh, tapi juga daya juang warga yang menggantungkan hidup di jalanan.
Pedagang dan Pekerja Lapangan Kewalahan
Di kawasan Tanah Abang, Mbak Tati (45), penjual minuman dingin, mengaku pendapatannya justru naik karena permintaan es melonjak tajam.
“Tapi saya juga harus tahan panas. Jam dua siang itu rasanya kayak oven,” katanya sambil tersenyum getir.
Sementara itu, petugas kebersihan di Sudirman harus bekerja lebih cepat. “Biasanya kami keliling sampai jam dua, sekarang jam sebelas aja udah ngos-ngosan,” ungkap Pak Darman, salah satu petugas PPSU.
Banyak warga yang akhirnya menyiasati panas dengan cara kreatif dari membuat payung improvisasi dari kardus, menyimpan semprotan air di tas, sampai membasahi aspal agar debu tidak naik.
Baca Juga: BMKG: Ini Alasan Suhu Jakarta Bisa Capai 38 Derajat
Kota Beton yang Menyimpan Panas
Jakarta dikenal sebagai kota dengan efek urban heat island paling tinggi di Asia Tenggara.
Menurut data BRIN, suhu di pusat kota bisa 2–3°C lebih panas dibandingkan daerah penyangga seperti Depok atau Bogor.
Bangunan tinggi, jalan aspal, dan minimnya pepohonan membuat panas “terjebak” di antara gedung-gedung.
Kondisi ini diperparah dengan polusi udara yang tinggi partikel debu dan karbon dari kendaraan memperlambat proses pendinginan alami atmosfer.
“Udara di sini kayak nggak ada angin, gerah terus,” ujar Nina (27), karyawan yang tiap hari naik TransJakarta dari Bekasi. “Sampai di kantor rasanya udah capek duluan karena panas di jalan.”
Dampak Langsung ke Kesehatan
Menurut Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dalam sepekan terakhir, laporan kasus dehidrasi ringan hingga sedang meningkat di sejumlah puskesmas.
“Panas ekstrem menyebabkan tubuh kehilangan cairan lebih cepat,” kata dr. Siti Mariam, Kabid Yankes Dinkes DKI.
Gejala umum yang muncul antara lain:
- Pusing dan mual
- Keringat berlebih
- Lemas atau kelelahan mendadak
- Kulit kering atau memerah
Pemerintah mengimbau warga agar tidak menyepelekan tanda-tanda heatstroke, terutama bagi pekerja lapangan dan anak-anak sekolah yang beraktivitas di luar ruangan.
Artikel Terkait
BMKG peringatkan bahaya cuaca ekstrem yang akan terjadi hingga awal januari 2023, Daerah yang wajib diwaspadai
BMKG buka suara soal potensi akan terjadi cuaca ekstrem 28 Desember 2022 di Jabodetabek
7 Motif Keramik Garasi Anti Licin, Solusi Aman untuk Cuaca Ekstrem!
Gerak Cepat Pemkab Bogor Dalam Mengantisipasi Cuaca Ekstrem
BPBD DKI Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem 11–13 September