Utang Membengkak Rp116T, Begini Kronologi Proyek Whoosh

photo author
- Selasa, 14 Oktober 2025 | 00:12 WIB
Pemandangan udara jalur Kereta Cepat Jakarta–Bandung yang melintasi kawasan Padalarang, simbol kemajuan infrastruktur sekaligus beban finansial besar proyek Whoosh. (Foto/ Instagram @keretacepat_id)
Pemandangan udara jalur Kereta Cepat Jakarta–Bandung yang melintasi kawasan Padalarang, simbol kemajuan infrastruktur sekaligus beban finansial besar proyek Whoosh. (Foto/ Instagram @keretacepat_id)

BOGORINSIDER.com – Di balik laju cepat Whoosh, kereta peluru pertama di Asia Tenggara, tersimpan cerita panjang tentang ambisi, investasi, dan utang besar.
Dari awal perencanaan hingga kini, proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCIC) telah berubah dari simbol prestise menjadi ujian manajemen keuangan BUMN.

SEWAKTU.id menelusuri jejak utang proyek ini bagaimana pembiayaan disusun, apa yang membuatnya membengkak, dan siapa yang kini memikul bebannya.

2015: Awal Ambisi dan Penandatanganan Proyek

Segalanya dimulai pada Oktober 2015, ketika Indonesia resmi menandatangani kerja sama dengan Tiongkok untuk membangun kereta cepat sepanjang 142,3 km yang menghubungkan Jakarta dan Bandung.
Konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dibentuk dengan komposisi:

  • PT KAI (60%)
  • Wijaya Karya (WIKA)
  • PTPN VIII
  • KAI Infrastruktur
    dan mitra asing China Railway International Co. Ltd.

Skema pembiayaan disusun tanpa jaminan APBN seluruhnya melalui pinjaman komersial dari China Development Bank (CDB) dan modal BUMN Indonesia.

Baca Juga: Istana Dukung Purbaya Tolak Talangan APBN

2016–2019: Pembangunan & Awal Masalah

Pembangunan dimulai pada 2016, tapi segera terkendala pembebasan lahan dan kenaikan biaya konstruksi.
Nilai investasi yang semula diperkirakan sekitar US$ 5,5 miliar (sekitar Rp80 triliun) naik karena revisi trase, inflasi material, serta biaya lingkungan.

“Waktu itu, pemerintah sudah menegaskan proyek ini purely business to business (B2B). Tapi hambatan di lapangan membuat perhitungan awal berubah drastis,” ujar seorang mantan pejabat Kementerian BUMN yang terlibat sejak awal proyek, kepada BOGORINSIDER.com

2020–2022: Pandemi dan Cost Overrun

Pandemi COVID-19 memperparah kondisi keuangan KCIC. Pekerjaan konstruksi tertunda, harga baja dan logistik melonjak, sementara pinjaman CDB tetap berjalan dengan bunga komersial sekitar 2–3% per tahun.
Kementerian BUMN mencatat, cost overrun mencapai lebih dari US$ 1,2 miliar (sekitar Rp20 triliun).

Direktur Utama KCIC saat itu, Dwiyana Slamet Riyadi, sempat menjelaskan bahwa pembengkakan biaya disebabkan “penyesuaian desain dan peningkatan standar keselamatan”.

Namun, data internal menunjukkan lebih dari 30% kenaikan berasal dari biaya tambahan teknis dan pengadaan luar negeri.

2023: Whoosh Resmi Meluncur

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Faizal khoirul imam

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Elegan di Tengah Isu: Citra Publik Raisa Tetap Kuat

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:28 WIB

Fenomena Netizen: Mengapa Publik Begitu Ingin Tahu?

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:21 WIB

Rahasia Kekuatan Hubungan Raisa dan Hamish Daud

Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:09 WIB

Tekanan di Balik Popularitas: Kisah Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:58 WIB

Hapus Foto, Viral Seketika: Fenomena Raisa & Hamish

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:42 WIB

Rumor Cerai: Raisa Menggugat Suami Setelah 8 Tahun

Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:07 WIB

Terpopuler

X