Perubahan paradigma ini membawa tantangan:
- Perlu sistem monitoring penyaluran kredit.
- Bank Himbara harus perkuat manajemen risiko.
- Pemerintah harus menyeimbangkan antara sektor riil dan stabilitas fiskal.
Jika gagal, risiko ganda mengintai: pasar obligasi tertekan dan kredit macet meningkat.
Jika berhasil, kebijakan Purbaya bisa menciptakan ekonomi yang lebih inklusif. UMKM naik kelas, lapangan kerja bertambah, dan ekonomi tumbuh lebih merata. Namun, jika gagal, kredibilitas fiskal Indonesia bisa terguncang.
Sri Mulyani dan Purbaya sama-sama punya visi untuk memperkuat ekonomi Indonesia, hanya dengan cara berbeda. Kini, publik menanti apakah arah baru yang lebih pro-sektor riil ini benar-benar bisa membawa perubahan positif, atau justru memunculkan masalah baru dalam stabilitas fiskal.
Artikel Terkait
Menkeu Purbaya, Dari Krisis 98 Hingga Bongkar Masalah Ekonomi Era SBY-Jokowi di DPR RI
Dari Sri Mulyani ke Purbaya, Perbandingan Harta Menkeu Terjun Bebas
Drama Anak Menkeu Purbaya, Unggahan CIA Bikin Heboh Sindir Sri Mulyani
Dana 200 Triliun di BI, Menkeu Purbaya Siap Tarik untuk Ekonomi Buat Rupiah Naik
Gantikan Sri Mulyani, Dampak Menkeu Purbaya Siapkan 200 Triliun Parkir di Bank BUMN