APBN 2026 Bisa Direvisi, Purbaya Menkeu Baru Akan Ubah Warisan Sri Mulyani

photo author
- Kamis, 11 September 2025 | 12:37 WIB
Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa membuka wacana revisi APBN 2026, memicu spekulasi soal arah kebijakan fiskal baru Indonesia. ((Dok. LPS))
Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa membuka wacana revisi APBN 2026, memicu spekulasi soal arah kebijakan fiskal baru Indonesia. ((Dok. LPS))
  • Defisit Anggaran Lebih Longgar
    Target defisit yang awalnya <3% bisa saja direvisi menjadi lebih besar untuk memberi ruang belanja negara.

  • Prioritas Berubah
    Dari pendidikan dan kesehatan, bisa bergeser lebih besar ke pertahanan atau sektor strategis lain yang dianggap vital oleh pemerintah baru.

  • Reaksi Pasar & Investor

    Pasar langsung merespons wacana revisi APBN ini dengan penuh kewaspadaan. Reuters mencatat bahwa spekulasi revisi APBN membuat rupiah dan IHSG sempat melemah.

    Investor khawatir jika defisit diperlebar, beban utang meningkat, dan kepercayaan internasional terhadap stabilitas fiskal Indonesia terganggu.

    Suara DPR dan Akademisi

    Baca Juga: Heboh! Yudo Sadewa, Anak Menkeu Baru, Unggah Story Kontroversial

    DPR meminta pemerintah berhati-hati dalam mengubah APBN. “APBN adalah instrumen rakyat, bukan hanya dokumen politik. Jangan sampai defisit melebar tanpa perhitungan matang,” ujar salah satu anggota Komisi XI DPR.

    Akademisi juga mengingatkan bahwa terlalu sering mengubah APBN bisa menurunkan kredibilitas pemerintah. Konsistensi fiskal sangat penting bagi investor.

    Dilema Menkeu Baru

    Purbaya berada di persimpangan jalan. Di satu sisi, ada tekanan politik untuk menyesuaikan APBN dengan visi presiden. Di sisi lain, ada kewajiban menjaga kredibilitas fiskal yang telah dibangun Sri Mulyani selama bertahun-tahun.

    Langkah yang akan ia ambil dalam beberapa bulan ke depan bisa menentukan reputasinya sebagai Menkeu baru.

    Jika APBN direvisi dengan lebih ekspansif, ada potensi dampak positif: lebih banyak dana untuk pembangunan, infrastruktur, dan bansos. Namun, risiko jangka panjangnya adalah utang meningkat, inflasi naik, dan beban APBN makin berat.

    Artinya, masyarakat bisa merasakan manfaat jangka pendek, tapi juga berisiko menanggung konsekuensi jangka panjang.

    Halaman:
    Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
    di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

    Editor: Rosa Nilasari

    Tags

    Artikel Terkait

    Rekomendasi

    Terkini

    Elegan di Tengah Isu: Citra Publik Raisa Tetap Kuat

    Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:28 WIB

    Fenomena Netizen: Mengapa Publik Begitu Ingin Tahu?

    Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:21 WIB

    Rahasia Kekuatan Hubungan Raisa dan Hamish Daud

    Kamis, 23 Oktober 2025 | 10:09 WIB

    Tekanan di Balik Popularitas: Kisah Raisa & Hamish

    Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:58 WIB

    Hapus Foto, Viral Seketika: Fenomena Raisa & Hamish

    Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:42 WIB

    Rumor Cerai: Raisa Menggugat Suami Setelah 8 Tahun

    Kamis, 23 Oktober 2025 | 09:07 WIB

    Terpopuler

    X