Ia bekerja serabutan dan tinggal di kos Surabaya bersama kekasihnya. Hubungan yang penuh konflik dengan TAS berujung pada tragedi: pembunuhan dan mutilasi sadis.
Kombinasi antara tekanan ekonomi, konflik asmara, dan latar belakang profesi inilah yang akhirnya melahirkan tragedi di Mojokerto.
Reaksi Publik
Publik geger mendengar fakta pekerjaan pelaku. Media sosial ramai membicarakan bagaimana latar belakang sebagai tukang jagal bisa memberi “keterampilan” yang justru digunakan untuk kejahatan.
Baca Juga: Profil Alvi Maulana, Eks Jagal Pelaku Mutilasi Kekasihnya di Mojokerto
“Baru tahu kalau mantan tukang jagal bisa sekasar itu kalau emosinya meledak,” tulis seorang warganet di Twitter.
Banyak juga yang menyerukan perlunya perhatian terhadap kesehatan mental pekerja di profesi ekstrem seperti penjagal, petugas pemotongan hewan, dan profesi serupa.
Pekerjaan Alvi Maulana sebagai tukang jagal ternyata menjadi bagian penting dalam tragedi mutilasi Mojokerto. Pengalaman teknis yang ia miliki di masa lalu, ditambah dengan emosi yang tidak terkendali, menjadikan aksi kejahatannya begitu sadis dan mengerikan. Polisi memastikan proses hukum tetap berjalan, sementara masyarakat menanti keadilan bagi korban.
Artikel Terkait
Haornas ke-42 Diselenggarakan di Tengah Kosongnya Kursi Menpora
Biadab, Kasus Mutilasi Mojokerto Ditemukan 310 Potongan Tubuh Gegerkan Mojokerto
Terbiasa Menggunakan Pisau, Sadisnya Latar Pelaku Lakukan Mutilasi Kekasihnya di Mojokerto
Pernah Jadi Tukang Jagal Hewan, Motif Mutilasi Mojokerto Sampai 76 Potongan Tubuh Ditemukan